A.
Dampak dan
Mekanisme Induksi Petir
1.
Pengertian
Petir
Petir adalah salah
satau fenomena kelistrikan udara di alam. Proses terjadinya petir akibat perpindahan muatan negatif
(elektron) menuju ke muatan positif (proton). Para ilmuwan menduga lompatan
bunga api listriknya sendiri terjadi, ada beberapa tahapan yang biasanya
dilalui. Pertama adalah pemampatan muatan listrik pada awan bersangkutan.
Umumnya, akan menumpuk di bagian paling atas awan adalah listrik muatan
negatif, di bagian tengah adalah listrik bermuatan positif, sementara di bagian
dasar adalah muatan negatif yang berbaur dengan muatan positif, pada bagian inilah
petir biasa berlontaran. Petir dapat terjadi antara awan dengan awan, dalam
awan itu sendiri, antara awan dan udara, antara awan dengan tanah (bumi). Energi yang dihasilkan oleh satu sambaran
55 kw/hour.
Ada 2 teori yang mendasari proses terjadinya petir, diantarnya adalah;
a. Proses Ionisasi
a. Proses Ionisasi
Sambaran Petir merupakan peristiwa alam yaitu proses
pelepasan muatan listrik (Electrical Discharge) yang terjadi di atmosfer, hal
ini disebabkan berkumpulnya ion bebas bermuatan negatif dan positif di awan, ion
listrik dihasilkan oleh gesekan antar awan dan juga kejadian ionisasi ini
disebabkan oleh perubahan bentuk air mulai dari cair menjadi gas atau
sebaliknya, bahkan padat (es) menjadi cair. Ion bebas menempati permukaan awan
dan bergerak mengikuti angin yang berhembus, bila awan-awan terkumpul di suatu
tempat maka awan bermuatan ion tersebut akan memiliki beda potensial yang cukup
untuk menyambar permukaan bumi maka inilah yang disebut petir.
b. Gesekan Antar Awan
Pada awalnya awan
bergerak mengikuti arah angin, selama proses bergeraknya awan ini maka saling
bergesekan satu dengan yang lainya, dari proses ini terlahir electron-electron
bebas yang memenuhi permukaan awan. Proses ini bisa di simulasikan secara
sederhana pada sebuah penggaris plastik yang digosokkan pada rambut maka
penggaris ini akan mampu menarik potongan kertas. Pada suatu saat awan ini akan
terkumpul di sebuah kawasan, saat inilah petir dimungkinkan terjadi karena
electron-elektron bebas ini saling menguatkan satu dengan lainnya. Sehingga memiliki
cukup beda potensial untuk menyambar permukaan bumi.
2.
Dampak Yang
Ditimbulkan Adanya Petir
Selain petir dapat menyambar sebuah bangunan
yang telah di lengkapi anti petir/penangkal petir konvensional maupun elektrostatis, petir juga dapat menyambar melalui
jaringan listrik PLN yang kabelnya terbentang di luar dan terbuka. Pada Umumnya jaringan listrik
terbuka seperti ini masih ada dan di pergunakan di beberapa negara termasuk Indonesia. Arus petir yang merusak perangkat panel
listrik bukan di sebabkan oleh sambaran petir yang menyambar langsung ke
bangunan yang telah di pasang penangkal petir atau anti petir melainkan sambaran petir mengenai jaringan listrik PLN
sehingga arus petir ini masuk ke bangunan mengikuti kabel listrik dan merusak panel
listrik tersebut.
Jadi biasanya sambaran petir mengenai sesuatu yang jauh dari
bangunan yang telah
terpasang instalasi penangkal petir baik instalasi penangkal petir konvensional maupun penangkal petir elektrostatis, hal ini sudah biasa terjadi karena kabel distribusi PLN memakai kabel distribusi terbuka dan letaknya
tinggi, seperti yang terpasang pada jaringan listrik tegangan tinggi di
Indonesia.
Untuk penanganan agar peristiwa
ini tidak terjadi maka perlu sekali jaringan listrik pada sebuah bangunan di
lengkapi dengan perangkat Surya Arrester (Pelepas tegangan
lebih/over voltage). Jenis dan merk Surge Arrester ini banyak sekali tersedia di pasaran umum, yang jelas pemasangan
arrester harus di hubungkan dengan grounding ke bumi.
3.
Mekanisme
Induksi Petir
Mekanisme
induksi karena secara tidak langsung sambaran petir menyebabkan kenaikan potensial
pada peralatan elektronik, hal ini terjadi dikarenakan beberapa faktor,
diantaranya adalah:
a. Kopling Resistif
Ketika
permukaan struktur bangunan terkena sambaran petir, arus petir yang mengalir kedalam tanah
membangkitkan tegangan yang bisa mencapai ribuan volt diantara tegangan supplay 220 V, jaringan data dan
pentanahan. Hal ini menyebabkan sebagian arus mengalir pada bagian penghantar
luar misalnya kabel yang terhubung dengan bangunan
dan terus menuju ke grounding.
b. Kopling Induktif
Arus petir mengalir dalam suatu penghantar akan menghasilkan medan magnet.
Medan magnet ini akan berhubungan dengan penghantar lainnya sehingga
menyebabkan terjadinya loop tegangan dengan nilai tegangan yang cukup tinggi.
c. Kopling Kapasitif
Saluran petir dekat sambaran petir dapat menyebabkan medan
kapasitif yang tinggi pada peralatan penghantar seperti suatu kapasitor yang
sangat besar dengan udara sebagai dielektriknya. Melalui cara ini terjadi
kenaikan tegangan tinggi pada kabel meskipun struktur bangunan
tidak terkena sambaran langsung.
Sambaran petir yang langsung mengenai struktur bangunan
rumah, kantor dan gedung, tentu saja hal ini sangat membahayakan bangunan
tersebut beserta seluruh isinya karena dapat menimbulkan kebakaran, kerusakan
perangkat elektrik/elektronik atau bahkan korban jiwa. Maka dari itu setiap
bangunan di wajibkan memasang instalasi penangkal petir. Cara penanganannya adalah dengan cara
memasang terminal penerima sambaran petir serta instalasi pendukung
lainnya yang sesuai dengan standart yang telah di tentukan. Terlebih lagi jika
sambaran petir langsung mengenai manusia, maka
dapat berakibat luka atau cacat bahkan dapat menimbulkan kematian. Banyak
sekali peristiwa sambaran petir langsung yang mengenai manusia dan biasanya
terjadi di areal terbuka.
Bahaya sambaran ini sering terjadi, petir menyambar dan mengenai
sesuatu di luar area bangunan tetapi berdampak pada jaringan listrik di
dalam bangunan tersebut, hal ini karena sistem jaringan distribusi listrik/PLN
memakai kabel udara terbuka dan letaknya sangat tinggi, bilamana ada petir yang menyambar pada kabel
terbuka ini maka arus petir akan tersalurkan ke pemakai
langsung. Cara penanganannya adalah dengan cara memasang perangkat arrester sebagai pengaman tegangan lebih
(over voltage). Instalasi surge
arresterlistrik
ini dipasang harus dilengkapi dengan grounding
system.
Bahaya sambaran petir jenis ini hampir serupa dengan
yang ke-2 akan tetapi berdampak pada perangkat telekomunikasi, misalnya telepon
dan PABX. Penanganannya dengan cara pemasangan
arresterkhusus
untuk jaringan PABX yang di hubungkan dengan grounding. Bila bangunan yang akan di lindungi
mempunyai jaringan internet yang koneksinya melalui jaringan telepon maka alat
ini juga dapat melindungi jaringan internet tersebut.
Pengamanan terhadap suatu bangunan atau objek
dari sambaran petir pada prinsipnya adalah sebagai
penyedia sarana untuk menghantarkan arus petir yang mengarah ke bangunan yang
akan kita lindungi tanpa melalui struktur bangunan yang bukan merupakan bagian
dari sistem proteksi petir atau instalasi penangkal petir, tentunya harus sesuai dengan standart
pemasangan instalasinya.
1. Kerusakan Thermis, kerusakan yang menyebabkan
timbulnya kebakaran.
2. Kerusakan Mekanis, kerusakan yang menyebabkan struktur bangunan retak, rusaknya
peralatan elektronik bahkan menyebabkan kematian.
5.
Efek
Sambaran Petir
a. Efek Listrik
Ketika arus
petir melalui kabel penyalur (konduktor) menuju resistansi elektroda bumi instalasi
penangkal petir,
akan menimbulkan tegangan jatuh resistif, yang dapat dengan segera menaikan
tegangan sistem proteksi kesuatu nilai yang tinggi dibanding dengan tegangan
bumi. Arus petir ini juga menimbulkan gradien
tegangan yang tinggi disekitar elektroda bumi, yang sangat berbahaya bagi
makluk hidup. Dengan cara yang sama induktansi sistem proteksi harus pula
diperhatikan karena kecuraman muka gelombang pulsa petir. Dengan demikian tegangan jatuh pada sistem
proteksi petir adalah jumlah aritmatik komponen tegangan resistif dan induktif
b. Efek Tegangan Tembus -
Samping
Titik sambaran petir pada sistem proteksi petir bisa memiliki tegangan yang
lebih tinggi terhadap unsur logam didekatnya. Maka dari itu akan dapat
menimbulkan resiko tegangan tembus dari sistem
proteksi petir yang telah terpasang menuju struktur logam lain. Jika tegangan
tembus ini terjadi maka sebagian arus petir akan merambat melalui bagian
internal struktur logam seperti pipa besi dan kawat. Tegangan tembus ini dapat
menyebabkan resiko yang sangat berbahaya bagi isi dan kerangka struktur
bangunan yang akan dilindungi
c. Efek Termal
Dalam kaitannya dengan sistem
proteksi petir,
efek termal pelepasan muatan petir adalah terbatas pada kenaikan
temperatur konduktor yang dilalui arus petir. Walaupun arusnya besar, waktunya adalah
sangat singkat dan pengaruhnya pada sistem proteksi petir biasanya diabaikan.
Pada umumnya luas penampang konduktor instalasi
penangkal petir dipilih terutama umtuk memenuhi persyaratan kualitas mekanis, yang
berarti sudah cukup besar untuk membatasi kenaikan temperatur 1 derajat celcius.
d. Efek Mekanis
Apabila arus
petir melalui kabel penyalur pararel (konduktor) yang berdekatan atau pada konduktor dengan tekukan yang tajam
akan menimbulkan gaya mekanis yang cukup besar, oleh karena itu diperlukan
ikatan mekanis yang cukup kuat. Efek mekanis lain ditimbulkan oleh sambaran petir yang disebabkan kenaikan
temeratur udara yang tiba-tiba mencapai 30.000 K dan menyebabkan ledakkan
pemuaian udara disekitar jalur muatan bergerak. Hal ini dikarenakan jika
konduktifitas logam diganti dengan konduktifitas busur api listrik, enegi yang
timbul akan meningkatkan sekitar ratusan kali dan energi ini dapat menimbulkan
kerusakan pada struktur bangunan yang dilindungi.
e. Efek Kebakaran Karena
Sambaran Langsung
Ada dua penyebab utama kebakaran bahan yang
mudah terbakar karena sambaran petir, pertama akibat sambaran langsung pada
fasilitas tempat penyimpanan bahan yang mudah terbakar. Bahan yang mudah
terbakar ini mungkin terpengaruh langsung oleh efek pemanasan sambaran atau
jalur sambaran petir. Kedua efek sekunder, penyebab utama
kebakaran minyak. Terdiri dari muatan terkurung, pulsa elektrostatis dan
elektromagnetik dan arus tanah
f. Efek Muatan Terjebak
Muatan statis ini di induksikan oleh badai
awan sebagai kebalikan dari proses pemuatan lain. Jika proses netralisasi
muatan berakhir dan jalur sambaran sudah netral kembali, muatan terjebak akan
tertinggal pada benda yang terisolir dari kontak langsung secara listrik dengan
bumi, dan pada bahan bukan konduktor seperti bahan yang mudah terbakar. Bahan
bukan konduktor tidak dapat memindahkan muatan dalam waktu singkat ketika
terdapat jalur sambaran.
B.
Mengapa Gedung
Perlu Di Beri Penangkal Petir
1.
Kebutuhan Bangunan
Terhadap Ancaman Bahaya Petir
Suatu instalasi penangkal petir yang telah terpasang harus dapat melindungi
semua bagian dari struktur bangunan dan arealnya termasuk manusia serta
peralatan yang ada didalamnya terhadap ancaman bahaya dan kerusakan akibat
sambaran petir. Berikut ini akan dibahas mengenai cara menentukan besarnya
kebutuhan bangunan akan proteksi petir menggunakan
beberapa standart yaitu berdasarkan Peraturan Umum Instalasi Penangkal Petir, Nasional Fire Protection Association
780, International Electrotechnical
Commision 1024-1-1.
R =
A+B+C+D+E |
Penggunaan dan Isi |
Indeks A |
Bangunan biasa yang tak perlu
diamankan baik bangunan maupun isinya |
-10 |
Bangunan dan isinya jarang
dipergunakan misalnya menara atau tiang dari metal |
0 |
Bangunan yang berisi peralatan
sehari-hari atau tempat tinggal misalnya rumah tinggal, industri kecil,
stasiun kereta |
1 |
Bangunan dan isinya cukup
penting misalnya menara air, toko barang-barang berharga dan kantor
pemerintah |
2 |
Bangunan yang isinya banyak
sekali orang misalnya sarana ibadah, sekolah dan atau monumen sejarah yang
penting |
3 |
Instalasi gas minyak atau
bensin, dan rumah sakit |
5 |
Bangunan yang mudah meledak dan
menimbulkan bahaya yang tak terkendali bagi sekitarnya misalnya instalasi
nuklir. |
15 |
Kontruksi bangunan
|
Indeks B
|
Seluruh bangunan terbuat dari logam dan mudah menyalurkan
listrik
|
0
|
Bangunan dengan kontruksi beton bertulang atau rangka besi
dengan atap logam
|
1
|
Bangunan dengan kontruksi beton bertulang, kerangka besi dan
atap bukan logam
|
2
|
Bangunan kayu dengan atap bukan logam
|
3
|
sumber
: Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan. Peraturan
Umum Instalasi Penangkal
Petir untuk Bangunan di Indonesia. Hal 18.
Tabel 2.3
IndeksC : Bahaya Berdasarkan Tinggi Bangunan
Tinggi bangunan berdasarkan......(m)
|
Indeks C
|
6
|
0
|
12
|
2
|
17
|
3
|
25
|
4
|
35
|
5
|
50
|
6
|
70
|
7
|
100
|
8
|
140
|
9
|
200
|
10
|
Sumber: Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan.
Peraturan Umum Instalasi Penangkal Petir
untuk Bangunan di indonesia hal.19
Tabel 2.4 indeks D : Bahaya Berdasarkan Situasi Bangunan
Situasi bangunan
|
Indeks D
|
Di anah daar pada semua ketinggian
|
0
|
Di kaki bukit sampai % tinggi bukit atau pegunungan sampai 1000
metter
|
1
|
Dipuncak gunung atau pegunungan yang lebih dari 1000 meter
|
2
|
Sumber
: Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan. Peraturan
Umum Instalasi Penangkal
Petir untuk Bangunan di Indonesia. Hal 19.
Tabel 2.5
Indeks E : Bahaya Berdasarkan Hari Buruh
Hari guruh per tahun
|
Indeks E
|
2
|
0
|
4
|
1
|
8
|
2
|
16
|
3
|
32
|
4
|
64
|
5
|
128
|
6
|
256
|
7
|
Sumber : Direktorat
Penyelidikan Masalah Bangunan. Peraturan
Umum Instalasi Penangkal Petir untuk Bangunan di Indonesia.
Hal 19.
2.
Prinsip
perlindungan petir
Jika
kita memperhatikan bahaya yang di akibatkan sambaran petir, maka sistem
perlindungan petir harus
mampu melindungi struktur bangunan atau fisik maupun melindungi peralatan dari
sambaran langsung dengan di pasangnya penangkal petir eksternal (Eksternal Protection)
dan sambaran tidak langsung dengan di pasangnya penangkal petir internal (Internal Protection)
atau yang sering di sebut surge arrester serta
pembuatan grounding sistem yang
memadai sesuai standar yang telah di tentukan.
Sampai
saat ini belum ada alat atau sistem proteksi petir yang dapat melindungi 100 % dari
bahaya sambaran petir, namun usaha perlindungan mutlak dan wajib sangat di
perlukan. Selama lebih dari 60
tahun pengembangan dan penelitian di laboratorium dan lapangan terus dilakukan,
berdasarkan usaha tersebut suatu rancangan sistem proteksi petir secara terpadu telah di kembangan
oleh Flash Vectron Lightning Protection "SEVEN
POINT PLAN".
Tujuan
dari "SEVEN POINT PLAN" adalah menyiapkan sebuah perlindungan
efective dan dapat di andalkan terhadap serangan petir, "Seven Point
Plan' tersebut meliputi :
a. Menangkap Petir
Dengan
cara menyediakan system penerimaan (AirTerminal Unit) yang dapat
dengan cepat menyambut sambaran arus petir, dalam hal ini mampu untuk
lebih cepat dari sekelilingnya dan memproteksi secara tepat dengan
memperhitungkan besaran petir. Terminal Petir Flash Vectron mampu memberikan solusi sebagai alat
penerima sambaran petir karena
desainnya dirancang untuk digunakan khusus di daerah tropis.
b. Menyalurkan Arus Petir
Sambaran petir yang telah mengenai terminal
penangkal petir sebagai alat
penerima sambaran akan membawa arus yang sangat tinggi, maka dari itu harus
dengan cepat disalurkan ke bumi (grounding) melalui kabel
penyalur sesuai standart sehingga tidak
terjadi loncatan listrik yang dapat membahayakan struktur bangunan atau
membahayakan perangkat yang ada di dalam sebuah bangunan.
c. Menampung Petir
Dengan
cara membuat grounding sistem dengan
resistansi atau tahanan tanah kurang dari 5 Ohm. Hal ini agar arus petir dapat
sepenuhnya diserap oleh tanah tanpa terjadinya step potensial. Bahkan
dilapangan saat ini umumnya resistansi atau tahanan tanah untuk
instalasi penangkal petir harus
dibawah 3 Ohm.
d. Proteksi Grounding Sistem
Selain
memperhatikan resistansi atau tahanan tanah, material yang digunakan untuk
pembuatan grounding juga
harus diperhatikan, jangan sampai mudah korosi atau karat, terlebih lagi jika
didaerah dengan dengan laut. Untuk menghindari terjadinya loncatan
arus petir yang ditimbulakn
adanya beda potensial tegangan maka setiap titik grounding harus dilindungi dengan cara integrasi
atau bonding system.
e. Proteksi Jalur Power Listrik
Proteksi
terhadap jalur dari power muntak diperlukan untuk mencegah terjadinya induksi
yang dapat merusah peralatan listrik dan elektronik.
f. Proteksi Jalur PABX
Melindungi
seluruh jaringan telepon dan signal termasuk pesawat faxsimile dan jaringan
data
g. Proteksi Jalur Elektronik
Melindungi
seluruh perangkat elektronik seperti CCTV, mesin dll dengan memasang surge
arrester elektronik.
C.
Bagaimana
Konstruksi Pemasangan Penangkal Petir Pada Gedung
Penangkal
petir adalah sebuah batang logam atau konduktor yang dipasang di atas gedung
dan pada perangkat listrik yang terhubung ke tanah melalui kawat, untuk
melindungi bangunan pada saat terjadi petir
1.
Jenis-jenis
metode penangkal petir
a.
Penangkal Petir Konvensional / Faraday / Frangklin
Kedua
ilmuwan tersebut Faraday dan Frangklin menjelaskan sistem yang hampir sama, yakni
system penyalur arus listrik yang menghubungkan antara bagian atas bangunan dan grounding, sedangkan sistem perlindungan yang di
hasilkan ujung penerima/splitzer adalah sama pada rentang 30 - 40 derajat.
Perbedaannya adalah sistem yang di kembangkan Faraday bahwa kabel penghantar berada pada sisi luar
bangunan dengan pertimbangan bahwa kabel penghantar juga berfungsi sebagai
material penerima sambaran petir,
yaitu berupa sangkar elektris atau biasa disebut dengan sangkar faraday.
b. Penangkal Petir Radio Aktif
Penelitian
terus berkembang akan sebab terjadinya petir,
dan semua ilmuwan sepakat bahwa terjadinya petir karena ada muatan listrik di awan
berasal dari proses ionisasi, maka untuk menggagalkan proses ionisasi dilakukan
dengan cara menggunakan zat berradiasi sepertiRadiun 226 dab Ameresium
241 karena kedua bahan ini
mampu menghamburkan ion radiasinya yang dapat menetralkan muatan listrik awan.
Maka manfaat lain hamburan ion radiasi tersebut akan menambah muatan pada ujung
finial/splitzer, bila mana awan yang bermuatan besar tidak mampu di netralkan
zat radiasi kemudian menyambar maka akan cenderung mengenai penangkal petir ini. Keberadaan penangkal petir jenis ini telah dilarang pemakaiannya,
berdasarkan kesepakatan internasional dengan pertimbangan mengurangi zat
beradiasi di masyarakat, selain itu penangkal petir ini dianggap dapat mempengaruhi
kesehatan manusia.
c.
Penangkal Petir Elektrostatis
Prinsip
kerja penangkal petir elektrostatis mengadopsi sebagian
system penangkal petir radio aktif, yaitu menambah muatan
pada ujung finial/splitzer agar petir selalu melilih ujung ini untuk di
sambar. Perbedaan dengan system radio aktif adalah jumlah energi yang dipakai.
Untuk penangkal petir radio aktif muatan listrik dihasilkan
dari proses hamburan zat berradiasi sedangkan pada penangkal petir elektrostatis energi listrik yang
dihasilkan dari listrik awan yang menginduksi permukaan bumi.
2.
Cara
Pemasangan Instalasi Penangkal Petir/Anti Petir Flash Vectron
Penangkal petir Flash Vectron adalah terminal petir unggulan jenis elektrostatik
yang di desain khusus untuk daerah tropis mampu memberikan solusi petir terbaik khususnya di Indonesia.
Selain sudah melewati uji laboratorium PLN dan laboratorium tegangan tinggi di
lembaga terkait, penangkal petir Flash Vectron juga telah di uji langsung di lapangan yang rawan akan sambaran petir.
Secara
garis besar, cara pemasangan instalasi penangkal petir/anti petir Flash Vectron sebagai berikut.
Gb.1 pemasangan grounding
Pada
tahap awal pengerjaan di mulai dengan mengerjakan bagian grounding system
terlebih dahulu, dengan pertimbangan keamanan dan kemudahan. Kemudian dilakukan
pengukuran resistansi/tahanan tanah menggunakan Earth Testermeter, apabila
hasil pengukuran tersebut menunjukan < 5 Ohm maka tahapan kerja berikutnya
dapat dilakukan. Seandainya hasil resistansi/tahanan tanah menunjukan > 5
Ohm maka di lakukan pembuatan atau penambahan grounding lagi di sebelahnya dan di pararelkan
dengan grounding pertama agar resistansi/tahanan
tanahnya menurun sesuai dengan standarnya < 5 Ohm.
Gb.2 memasang
kabel penyalur
Setelah selesai membuat grounding,
langkah berikutnya adalah memasang kabel penyalur (Down Conductor)
dari titik grounding sampai keatas bangunan, tentunya
dengan mempertimbangkan jalur kabel yang terdekat dan hindari banyak
belokan/tekukkan 90 derajat sehingga kebutuhan material dan kualitas instalasi
dapat efektif dan efisien. Kabel penyalur petir yang biasa di gunakan antara lain BC (Bare
Copper), NYY atau Coaxial. Untuk tempat - tempat tertentu sebaiknya di
beri pipa pelindung (Conduite) dengan maksud kerapihan dan keamanan.
Gb.3
pemasangan head terminal
Bila kabel penyalur petir telah terpasang dengan rapih, maka
tahap selanjutnya pemasangan head terminal petir Flash Vectron tentunya harus terhubung
dengan kabel penyalur tersebut sampai ke grounding sistem.
3.
Tips
Untuk Menghindari Tersambar Petir :
a. Jika anda melihat sambaran petir atau mendengar gelegar guruh segeralah
menuju bangunan yang telah terlindungi dengan penangkal
petir atau mendekatlah ke mobil
atau truk.
b. Pakailah sepatu dari kulit atau karet yang tidak bocor, usahakan
memakai kaos kaki yang kering, sebagai upaya memisahkan tubuh kita dari tanah
sehingga petir enggan melalui tubuh kita.
c. Jika anda berada di luar rumah maka hindarilah berada di areal
terbuka, tempat ketinggian, berada di tempat yang berair, di bawah pohon tinggi
atau benda logam yang menjulang tinggi.
d. Jika tempat berlindung tidak ada, sebaiknya anda jongkok tapi
hindari tangan anda menyentuh tanah dan jangan berbaring karena akan memudahkan
penyaluran tenaga petir ke tanah.
e. Jika anda berada di luar ruangan maha hindari berdiri bergerombol
dengan orang lain.
f. Jika kita berada di areal terbuka dan merasakan rambut kita
berdiri itu pertanda petir akan menyambar kita, kita harus
melakukan gerakan rukuk yaitu menekuk badan ke arah depan (Syukur bila
menghadap kiblat) dan menempatkan kedua tangan di lutut, cara ini akan
membuat kita selamat.
g. Jika kita berada di dalam ruangan hindarilah berdiri dekat pintu,
jendela dan tempat yang berair.
h. Perangkat elektronik seperti televisi, radio, komputer sebaiknya
di matikan dan di cabut stop kontaknya, bila tidak memungkinkan menjauhlah dari
perangkat elektronik tersebut.
i.
Bagi kita menbawa HP, HT dan
radio saku sebaiknya di matikan segera, pisahkan antena dengan body untuk
mengurangi rangsangan petir menyambar.
j.
Jika ada korban terkena petir tangani dengan hati-hati dan jangan
dibawa bersama barang yang bermuatan listrik agar tidak terkena sambaran ulang.
D.
Dampak
diareal bangunan BTS (Base Transceiver Station) berproteksi yang terkena
sambaran petir ?
Warga tuding BTS penyebab
petir maut
Gresik 27 Oktober 2011 - Warga menuding keberadaan based transceiver
station (BTS) Desa Tanjangawan, Kecamatan Ujung pangkah akibat tersambar petir.
Menurut Badrus Sodik, Kaur Ekonomi dan Pembangunan Desa Tanjangawan, sejak
berdiri BTS milik operator seluler di pojok desa. Kerap kali terjadi petir dan
gemuruh yang mematikan saat musim hujan. Bahkan, sekitar delapan bulan
sebelumnya terjadi petir yang sempat membuat televisi sebagian besar milik
warga terganggu.
Berdasarkan kasus
diatas ada beberapa hal yang dapat disimpilkan dan di tarik kesimpulan bahwa
petir memiliki mekanisme induksi yang
dapat menaikan potensial (tegangan) pada peralatan elektronik memalui beberapa
induksi yaitu:
1.
Kopling Resistif
2.
Kopling Induktif
3.
Kopling Kapasitif
Guna
menanggulangi terjadinya induksi yang besar sebaiknya ditinjau ulang cara
instalasi proteksi penangkal petir pada BTS dengan menankan electroda yang
lebih dalam dengan tahanan mencapai 1 Ohm,sehingga dengan cepat dapat dinetralisir dengan tanah. Perlu adanya
pembicaraan dengan pihak pengembembang mengenai pemasangan
proteksi penangkal petir pada rumah penduduk yang berdekatan dengan lokasi
berdirinya BTS, selain itu kualitas instalasi pada rumah sebaiknya sesuai
dengan standar yang berlaku pada PUIL yaitu sistem 3 kabel dengan menggunakan
grounding sehingga hal-hal yang tidak di inginkan dapat diminimalisir.
0 komentar:
Posting Komentar