Chat In Sibuea Blog

SENI DAN INSPIRASI


http://reddragondesigns.net/
Hover Effects

HUJAN SALJU

MY FAMILY

Alm.R.SIBUEA (Father)WITH J.br.MARPAUNG (Mother) Anak 1.E.ROHANI T SIBUEA 2.HIRAS P.M.SIBUEA 3.LUNGGUK Y.SIBUEA 4.DESI P.SIBUEA 5.TEDDY P.M.SIBUEA 6.NOVITA S.SIBUEA 7.LEDY C SIBUEA 8.GOMGOM ALEXSANDRO SIBUEA

SIBUEA MARK QUARK HIGGS BOSON

Jika anda sia-siakan uang, maka anda hanya akan kehilangan uang. Tapi jika anda SIA-SIAKAN WAKTU, maka anda akan KEHILANGAN SEBAGIAN HIDUP anda.(If you do not waste your money, then you will only lose money. But if you are NOT WASTE TIME, then you will LOSE SOME LIFE you).

SIBUEA SCIENCE LEPTON GLUON TAO

Hal terpenting dalam kehidupan adalah mencintai apa yang Anda lakukan, karena itu satu-satunya cara agar Anda mencapai hasil yang sangat baik dalam pekerjaan Anda.(The most important thing in life is to love what you do, because it's the only way for you to achieve excellent results in your work).

SIBUEA MARGAKU MARPAUNG PARIBANKU

Jangan pernah menyerah karena apapun yang terjadi selalu ada jalan keluar. Kita dilahirkan bukan sebagai orang yang gagal tetapi seorang pemenang.(Do not ever give up because no matter what happens there is always a way out. We are born not as a failure but a winner).

SIBUEA WAYNE MARK ROONEY SIR ARTHUR EDDINGTON

Before God we are all equally wise - and equally foolish (Dihadapan Tuhan kita semua setara bijaksananya dan setara bodohnya).

SIBUEA FIND SUCCESS BUT NOT PERFECTION

Hanya mereka yang berani gagal dapat meraih keberhasilan. Keberhasilan tidak diukur dengan apa yang anda raih, namun kegagalan yang telah anda hadapi, dan keberanian yang membuat anda tetap berjuang.(Only those who dare to fail to achieve success. Success is not measured by what you accomplish, but the failures you have faced, and the courage that keeps you fighting).

Senin, 30 September 2013

"Perang di Luar Angkasa" Menggunakan Teknologi Nano Bisa jadi melebihi Kekuatan Bom Nuklir Hidrogen

Ini bukan seperti perang bintang yang digambarkan dalam film legendaris Star Wars. Perang ini terjadi di luar angkasa dalam upaya mencegah terjadinyaperang di bumi ini. Bagaimana caranya? Seperti apa perang yang terjadi di luarangkasa ini? Perang ini adalah Perang Teknologi!Ada beberapa teknologi canggih yang menjadi senjata utama perang ini.Laser kimia, particle beams, dan pesawat luar angkasa khusus militer. Yuk kitalihat satu per satu kecanggihan senjata rahasia ini.Laser kimia merupakan senjata yang memanfaatkan sinar laser yangdihasilkan dari pencampuran beberapa bahan kimia. Bahan kimia yang digunakanbisa bermacam-macam. Yang saat ini menjadi favorit para peneliti adalahHidrogen Fluorida (HF), Deuterium Fluorida (DF), dan Chemical Oxygen IodineLaser (COIL).Konsep LASER (Light Amplification by Stimulated Emission of Radiation)melibatkan elektron yang tereksitasi. Apa artinya elektron yang tereksitasi?Seperti kita tahu, elektron-elektron dalam sebuah atom selalu mengorbit padajarak-jarak tertentu. Setiap orbitnya memiliki tingkat energi yang berbeda-beda.Jadi, kalau kita memberikan energi tambahan pada atom tertentu, elektron yangmendapat tambahan energi ini bisa melompat ke tingkat energi yang lebih tinggi.Inilah yang disebut keadaan tereksitasi. Elektron yang tereksitasi ini bagaikanelektron nyasar sehingga elektron ini tidak stabil di tempatnya yang baru. Elektronini akan terus berusaha untuk kembali ke tempatnya semula. Saat elektron yangtereksitasi itu ‘pulang’ ke orbitnya semula, energi tambahan tadi dilepaskan dalambentuk foton. Foton adalah energi cahaya dengan panjang gelombang tertentu,yang sesuai dengan tingkat energinya. Cahaya laser ini bersifat monokromatik(hanya memiliki satu panjang gelombang yang spesifik), koheren (pada frekuensiyang sama), dan menuju satu arah yang sama sehingga cahayanya menjadi sangatkuat, terkonsentrasi, dan terkoordinir dengan baik.Pada laser HF, atom fluor bereaksi dengan molekul hidrogen sehinggamembentuk molekul hidrogen fluorida yang berada dalam keadaan tereksitasi.Reaksi ini menghasilkan gelombang pada panjang gelombang sekitar 2,7-2,9mikron. Dengan panjang gelombang ini, gelombang yang terbentuk tidak bisamenembus atmosfer bumi sehingga hanya digunakan untuk senjata di luarangkasa saja. Pada laser DF, molekul yang digunakan untuk bereaksi dengan atomfluor adalah deuterium. Panjang gelombangnya lebih besar dari laser HF (sekitar3,5 mikron) karena deuterium memiliki massa lebih besar dari hidrogen. Padasistem COIL, klor direaksikan dengan hidrogen peroksida. Ini menyebabkantereksitasinya atom-atom oksigen, yang kemudian mentransfer energinya ke atomatomyodium (iodine). Energi tambahan ini menyebabkan tereksitasinya atomatomyodium sehingga menghasilkan laser dengan panjang gelombang sekitar 1,3mikron.



Gambar.1
Bagaimana senjata laser kimia ini digunakan dalam perang di luarangkasa? Coba kita bayangkan ilustrasi ini. Ada dua negara yang sedangbermusuhan sehingga berusaha untuk saling menjatuhkan. Salah satu negara yangsudah memiliki teknologi yang sangat maju menembakkan rudal yang diprogramuntuk menabrak negara musuhnya itu. Karena negara itu letaknya sangat jauh,rudal itu harus ditembakkan pada sudut yang cukup tinggi sehingga mencapaiketinggian yang cukup untuk dapat mencapai targetnya. Tetapi ternyata negaramusuhnya itu juga sudah memiliki teknologi yang sangat canggih. Mereka bisamendeteksi adanya rudal yang ditembakkan dan mengarah ke negaranya. Merekalangsung mengambil tindakan untuk menghindari tabrakan rudal yang bisamenghancurkan negara mereka itu. Mereka memiliki persenjataan di luar angkasa.Ada satelit yang sudah dilengkapi dengan laser kimia milik mereka. Saat rudal itumencapai ketinggian maksimalnya, laser kimia langsung ditembakkan sehinggamenghancurkan rudal sebelum mencapai targetnya (Gambar 1). Karena sudahhancur di ketinggian tersebut, rudal itu tidak lagi berbahaya sehingga keduanegara tadi terhindar dari perang yang menyeramkan.Nah, inilah fungsi utama dari perang teknologi ini. Dengan adanyateknologi yang canggih ini, perang yang sebenarnya di bumi dapat dihindari.Tetapi ada sedikit kelemahan senjata laser kimia ini. Karena laser kimia ini harusdiletakkan di satelit yang sedang mengorbit di luar angkasa, proses menembakrudal yang sedang meluncur cepat bukan merupakan proses yang mudah. Justruproses ini sangat susah karena satelit yang membawa senjata laser ini tidak dalam keadaan diam. Satelit yang sedang mengorbit selalu bergerak sepanjang orbitnyasehingga posisinya selalu berpindah-pindah. Ini sangat menyulitkan prosesmenembak target yang juga bergerak pada kecepatan tinggi. Untuk itu diperlukanparticle beams.Particle beams merupakan senjata yang bisa menembakkan partikelpartikelsubatomik (dengan cara mempercepat elektron dan proton, atau atomatomhidrogen) pada kecepatan yang sangat tinggi, bahkan mendekati kecepatancahaya. Karena kecepatannya mendekati kecepatan cahaya, target yang sedangmeluncur cepat pun dapat ditembak dengan cukup mudah. Senjata ini pun dapatmenghasilkan energi yang jauh lebih besar dari senjata laser sehingga dapat dapatmenghancurkan targetnya dengan lebih sempurna.Senjata yang berikutnya adalah pesawat luar angkasa yang khususdirancang untuk keperluan militer. Model yang digunakan untuk pesawat iniadalah desain pesawat X-33 yang kecil dan lincah.Ada satu hambatan yang dihadapi para peneliti yang sedang berusahamengembangkan teknologi canggih yang bisa melindungi bumi dari peperanganini. Senjata-senjata yang dikembangkan ini dimaksudkan untuk penggunaan diluar angkasa. Karena itu, kita membutuhkan sumber tenaga yang terletak di luarangkasa. Kita semua tahu betapa mahalnya mengirimkan dan mengorbitkansesuatu ke luar angkasa. Semakin berat semakin besar pula biaya yangdibutuhkan. Karena itu, kita memerlukan suatu bahan yang ringan yang dapatdikirim ke luar angkasa sebagai stasiun penghasil energi. Bahan yang ringan iniharus cukup kuat untuk menjadi sumber tenaga di luar angkasa. Bahan lightweightinilah yang sedang gencar dikembangkan dalam berbagai penelitiannanoteknologi.Nanoteknologi merupakan teknologi yang mengutak-atik atom-atom danmolekul-molekul dalam ukuran nano (1 nanometer = 1/1.000.000.000 meter).Dengan nanoteknologi, kita nantinya bisa menyusun atom-atom atau molekulmolekulsupaya berbaris sesuai dengan keinginan kita, tanpa ada satu pun atomatau molekul yang ‘nyasar’ atau berada di tempat yang salah. Ketepatan inilahyang menyebabkan tingginya kualitas materi-materi yang didesain pada skalanano (nanoscale designed materials). Materi-materi berkualitas tinggi ini seringdisebut smart materials karena biasanya dirancang khusus untuk keperluantertentu. Materi yang dibutuhkan untuk sumber tenaga di luar angkasa merupakansalah satu smart material yang dirancang khusus sehingga materi ini dapatbertahan pada kondisi lingkungan di luar angkasa yang sangat berbeda dengankondisi atmosfer bumi. Materi yang hebat ini dapat dibuat sangat tipis karenatidak ada atom atau molekul pengotor yang ‘nyasar’ seperti halnya pada berbagaimateri yang dihasilkan oleh teknologi makro. Karena tipis (mungkin hanya satulapis atom saja) materi ini pun menjadi sangat ringan. Ringan tetapi kuat danhebat!Inilah perang di masa depan. Bukan perang yang menyebabkan jatuhnyabanyak korban jiwa, tetapi perang teknologi yang menuntut kita untuk selalu lebih pintar dari ‘musuh’ kita. (Sibuea)

" PERJALANAN MENEMBUS WAKTU " MELALUI WORMHOLE (LUBANG CACING) ADIKNYA SI BLACKHOLE (LUBANG HITAM)

Film-film dan novel-novel fiksi ilmiah yang mengangkat tema tentang perjalanan menembus waktu (menggunakan berbagai bentuk mesin waktu) semakin menjamur seiring dengan pesatnya perkembangan ilmu Fisika. Apakah film-film semacam Star Trek, Time Machine, Back to the Future, dan, yang barusaja dirilis, Timeline hanya melambangkan hebatnya imajinasi para pembuat film? Atau sebenarnya cerita novel dan film-film semacam ini sudah mulai beranjak dari kategori fiksi ilmiah menjadi suatu terobosan terbaru teknologi modern yang benar-benar ada di kehidupan nyata? Para fisikawan pun tidak mau ketinggalan menganalisa aspek ilmiah dari teknologi-teknologi yang ditampilkan dalam film-film yang berhasil mengeruk keuntungan besar itu. Dulu para fisikawan yang berani mengangkat topik time travel dianggap terlalu asyik berkhayal. Tetapi sekarang justru para fisikawan kebingungan mencari bukti-bukti yang bisa menunjukkan secara pasti bahwa perjalanan seru menembus waktu ini tidak mungkin bisa dilakukan! Konsep-konsep fisika yang ada justru mendukung teori time travelling ini! Siapa sangka bahwa sebenarnya kita pun sudah sering melakukan perjalanan menembus waktu dalam kehidupan sehari-hari kita! Dan tanpa menggunakan mesin waktu! Jalan menuju fenomena fantastis ini dibuka oleh fisikawan ternama, Albert Einstein, dengan teori relativitasnya.Untuk bisa memahami konsep perjalanan menembus waktu, kita harus memahami dulu yang dimaksud dengan Waktu (Time). Dalam fisika, waktumerupakan salah satu besaran pokok yang melambangkan periode atau interval yang bisa diukur secara pasti (satuan internasionalnya adalah detik). Kita tahu bahwa 1 hari terdiri dari 24 jam, 1 jam 60 menit, dan 1 menit 60 detik. 1 detik didefinisikan sebagai jumlah osilasi atom Cesium-133 (9.192.631.770 osilasi) pada jam atom. Dengan konstanta-konstanta yang terlibat ini, kita tentunya langsung menyimpulkan bahwa waktu memiliki nilai absolut (eksak) dan bukan merupakan besaran yang nilainya relatif terhadap suatu acuan tertentu. Tetapi Einstein mengubah pandangan ini saat mengemukakan teori relativitasnya.Menurut Einstein, semakin besar kecepatan gerak suatu benda atau partikel, waktu akan berjalan semakin lambat bagi benda atau partikel tersebut. Saat kecepatannya mendekati kecepatan cahaya, waktu berjalan sangat lambat. Bagaimana kalau ada benda atau partikel yang bisa bergerak dengan kecepatan melebihi kecepatan cahaya? Waktu akan berjalan begitu lambatnya sehingga benda yang bergerak dengan kecepatan setinggi itu bisa kembali ke posisi awal dengan sangat cepat.Saking cepatnya, benda itu sudah kembali berada di posisi awalnya sebelum benda itu mulai bergerak! Ini berarti benda itu sudah melakukan perjalanan menembus waktu ke masa lalunya sendiri! Teori relativitas Einstein dapat dibuktikan dengan perjalanan ke ruang angkasa. Para astronot meninggalkan bumi menggunakan pesawat ulang-alik yang meluncur dengan kecepatan sangat tinggi. Jika mereka melakukan perjalanan selama 1 tahun di ruang angkasa dan kemudian kembali ke bumi, mereka bisa menemukan bahwa bumi mencatat waktu perjalanan mereka mencapai 10 tahun! Ini berarti dua orang atau benda yang bergerak dengan kecepatan berbeda akan mengalami durasi waktu yang berbeda pula. Ini juga berarti bahwa para astronot itu sudah berada di masa depan mereka karena orang-orang yang ditinggalkannya kini menjadi 10 tahun lebih tua dari saat mereka pergi meninggalkan bumi (padahal mereka hanya pergi selama 1 tahun)! Dalam kehidupan sehari-hari kita juga sering mengalami hal ini saat kita bepergian menggunakan pesawat terbang.Kecepatan gerak pesawat memungkinkan kita untuk ‘lompat’ ke masa depan kita,walaupun lompatannya tidak jauh (hanya beberapa nano detik) sehingga kita biasanya tidak menyadarinya. Jam atom yang sangat akurat dapat membuktikan bahwa kita sudah lompat beberapa nanodetik (1 nanodetik = 10-9 detik) ke masa depan! Efek yang kita rasakan adalah fenomena yang kita sebut Jet Lag.Nah, kalau kecepatan bisa membuat kita lompat ke masa depan,bagaimana caranya kita bisa lompat ke masa lalu? Bukankah dibutuhkan kecepatan yang melebihi kecepatan cahaya supaya kita bisa kembali ke masa lalukita? Padahal kita tahu tidak ada (belum ada) satu pun benda atau partikel yangbisa bergerak melebihi kecepatan cahaya. Einstein kembali tampil dengan teori relativitasnya untuk menjawab ini! Si jenius ini menyatakan bahwa gaya tarik gravitasi dapat memperlambat waktu! Menurut Einstein, jam dinding yang dipasang di ruang bawah tanah (lebih dekat ke pusat bumi sehingga mengalami gaya tarik gravitasi yang lebih besar) berjalan lebih lambat dibanding jam dinding yang dipasang di tingkat tertinggi suatu gedung. Tentu saja perbedaannya sangat kecil dan hanya bisa dideteksi oleh jam atom. Tetapi ini berarti bahwa waktu berjalan lebih cepat di ruang angkasa (karena sangat jauh dari pusat bumi sehingga gravitasinya sangat kecil, bahkan mendekati nol). Misalnya kita pergi keruang angkasa menjauhi pusat bumi, dan kemudian kembali lagi ke bumi (misalnya selama 1 tahun). Jika kita punya saudara kembar yang menunggu kita dibumi, kita bisa melihat sendiri bahwa saat kita mendarat, kembaran kita (yang lahirnya bersamaan dengan kita) sudah 9 tahun lebih tua dari kita! Inilah yang dikenal sebagai The Twin Paradox. Jadi, yang mempengaruhi waktu bukan hanya kecepatan, tetapi juga gravitasi. Ini berarti kita bisa kembali ke masa lalu kita dengan memanfaatkan medan gravitasi yang sangat kuat.Black hole atau lubang hitam merupakan medan yang memiliki gravitasi paling kuat. Saking kuatnya, lubang hitam ini bisa menyedot apa saja ke dalamnya! Tidak ada yang bisa menghindari tarikan gravitasinya, termasuk cahaya. Cahaya atau partikel lain yang tersedot lubang hitam akan langsung dilahap habis (dari sinilah asal istilah Lubang HITAM). Semua yang tadinya ada menjadi tidak ada. Banyak ilmuwan yang memperkirakan lubang hitam bisa menjadi pintu untuk kembali ke masa lalu karena gravitasinya yang begitu kuat. Tetapi semua partikel akan hancur jika masuk ke lubang hitam! Bagaimana bisa kembali ke masa lalu jika kita sudah keburu hancur? Para fisikawan akhirnya melirik ‘adik’ dari lubang hitam, yang kita kenal sebagai Wormhole (Lubang Cacing). Wormhole juga merupakan medan yang memiliki gravitasi yang sangat kuat, tetapi tidak seperti ‘kakak’nya. Jika suatu benda atau partikel masuk ke salah satu ujung lubang cacing, partikel itu masih bisa keluar di ujung lainnya (ada ‘pintu masuk’ dan ‘pintu keluar’nya). Jalur yang harus ditempuh dalam wormhole jauh lebih pendek dibanding jalur konvensional (merupakan jalan pintas). Ini analogi dengan terowongan di bawah bukit.Perjalanan melalui bukit tentunya lebih jauh dibanding jarak yang harus ditempuh jika kita melewati terowongan yang terletak di bawah bukit tersebut.Pembentukan wormhole didukung oleh, lagi-lagi, teori relativitas Einstein.Menurut Einstein, massa dapat menyebabkan waktu ruang (spacetime) menjadi melengkung (curved). Bagaimana caranya? Misalnya ada dua orang saling berhadapan dan memegang sehelai kain yang dibentangkan kuat-kuat. Lalu di atas kain tersebut kita letakkan buah semangka yang berat. Pasti buah semangka itu akan berguling ke tengah-tengah kain yang ujung-ujungnya dipegang kuat-kuat itu sehingga kain melengkung (membentuk cekungan) akibat massa buah semangka. Jika kita meletakkan satu buah anggur di pinggir kain itu, pasti buah itu akan langsung ‘tersedot’ oleh cekungan tadi. Cekungan ini dapat dianggap sebagai pintu masuk lubang cacing.Tetapi ini baru merupakan bidang dua dimensi. Spacetime ada dalam empat dimensi: 3 dimensi ruang (atas-bawah, kanan-kiri, depan-belakang) dan 1 dimensi waktu. Supaya menjadi empat dimensi, kain tadi kita lipat sehingga ada dua permukaan yang dipisahkan jarak tertentu, yang disebut Hyperspace. Kita letakkan lagi buah semangka di atas permukaan kain teratas sehingga membentuk cekungan seperti tadi. Permukaan yang kedua (tepat di tengahnya) juga diberi massa yang besarnya sama (dari arah berlawanan) sehingga membentuk cekungan yang kedua (dapat dianggap sebagai pintu keluar lubang cacing). Seluruh permukaan kain melambangkan spacetime yang merupakan ruang/jarak konvensional. Kedua cekungan pada spacetime akan bertemu dan membentuk lorong yang kemudian kita sebut sebagai Lubang Cacing. Misalnya Bumi terletak di pintu masuk wormhole, dan Sirius, bintang yang berjarak 9 tahun cahaya dari Bumi, terletak di pintu keluarnya. Untuk bepergian dari Bumi ke Sirius secara konvensional kita harus menempuh perjalanan sejauh 9 tahun cahaya.1 tahun cahaya merupakan jarak yang ditempuh cahaya selama 1 tahun.Kecepatan cahaya adalah 300.000 km/detik. Ini berarti 9 tahun cahaya = 300.000km/detik x 60 detik/menit x 60 menit/jam x 24 jam/hari x 365 hari/tahun x 9 tahun= 8,51472 x 1013 km. Padahal perjalanan terjauh yang pernah ditempuh manusia adalah 400.000 km (yaitu perjalanan ke bulan). Wormhole memungkinkan kita untuk ‘memotong jalan’ sehingga bisa sampai di Sirius hanya dalam waktu beberapa saat saja. Kita pun bisa menjelajahi jagad raya dalam waktu yang singkat!

Gambar 1
Gambar 1 Wormhole menjadi jalan pintas dari Bumi ke Sirius Misalnya ada wormhole yang pintu masuknya tidak jauh dari atmosfer Bumi, tetapi pintu keluarnya berada di dekat bintang yang dipenuhi partikel netron (neutron star) yang memiliki gravitasi sangat tinggi. Kita tahu bahwa pada ketinggian di atas atmosfer bumi gaya gravitasi bumi semakin kecil karena menjauhi pusat bumi. Ini berarti di pintu masuk wormhole waktu berjalan cepat,tetapi di pintu keluarnya waktu berjalan sangat lambat (karena adanya gravitasi bintang). Dengan demikian, jika kita memasuki wormhole tersebut kita bisa melakukan perjalanan dalam lorong waktu menuju masa lalu maupun masa depan! Satu hal yang pasti: pembuatan wormhole memang tidak mudah, tetapi menurut Fisika hal ini tidak mustahil! (***)
BY: Sibuea Mark Quark Gluon Tao Hadron's

Selasa, 17 September 2013

"Si Jenius Muda asal Medan,Sumatera Utara Prof. Nelson Tansu, Ph.D Professor Termuda ahli Nanoteknologi Amerika Serikat "

" Keberhasilan bukanlah berasal dari tingkat kepintaran,
Kunci dari keberhasilan adalah kerja keras dan fokus yang luar biasa "
[Nelson Tansu]

Prof. Nelson Tansu, Ph.D  Ahli Nanoteknologi
Prof. Nelson Tansu, Ph.D dilahirkan di Medan, Sumatera Utara, tanggal 20 Oktober 1977. Dia adalah anak kedua di antara tiga bersaudara buah pasangan Iskandar Tansu dan Lily Auw yang berdomisili di Medan, Sumatera Utara. Kedua orang tua Nelson adalah pebisnis percetakan di Medan. Mereka adalah lulusan universitas di Jerman. Abang Nelson, Tony Tansu, adalah master dari Ohio, AS. Begitu juga adiknya, Inge Tansu, adalah lulusan Ohio State University (OSU). Tampak jelas bahwa Nelson memang berasal dari lingkungan keluarga berpendidikan. Ia adalah lulusan terbaik SMU Sutomo 1 Medan pada tahun 1995 dan juga menjadi finalis Tim Olimpiade Fisika Indonesia (TOFI).
Finalis Tim Olimpiade Fisika Indonesia (TOFI) ini adalah anak kedua di antara tiga bersaudara buah hati pasangan Iskandar Tansu dan Lily Auw. Kedua orang tua Nelson adalah lulusan universitas di Jerman dan memiliki bisnis percetakan di Medan. Abangnya, Tony Tansu, adalah master dari Ohio, AS. Begitu juga adiknya, Inge Tansu, adalah lulusan Ohio State University (OSU).
Ketika masih di Sekolah Dasar, Nelson Tansu gemar membaca biografi para fisikawan ternama. Ia sangat mengagumi prestasi para fisikawan tersebut karena banyak fisikawan yang telah meraih gelar doktor, menjadi profesor dan bahkan ada beberapa fisikawan yang berhasil menemukan teori (eyang Einstein) ketika masih berusia muda. Karena membaca riwayat hidup para fisikawan tersebut, sejak masih Sekolah Dasar, Nelson Tansu sudah mempunyai cita-cita ingin menjadi profesor di universitas di Amerika Serikat.

“Menurut saya, keberhasilan bukanlah berasal dari tingkat kepintaran. Saya sendiri tidak pernah merasa bahwa saya sendiri lebih cerdas atau lebih dari yang lainnya terutama orang-orang Indonesia lainnya. Sebenarnya menurut saya, saya biasa-biasa saja tetapi saya memang orang yang rajin dan kerja keras. Jadi, menurut saya, kerja keras dan fokus yang luar biasa adalah kunci dari keberhasilan. Di samping kerja keras dan fokus, saya juga mendapat dukungan dari istri (Adela Gozali Yose) dan keluarga saya untuk dapat memberikan kontribusi sampai sekarang.”
Dari seluruh perjalanan hidup dan karirnya, Nelson mengaku bahwa semua suksesnya itu tak lepas dari dukungan keluarganya. Saat ditanya mengenai siapa yang paling berpengaruh, dia cepat menyebut kedua orang tuanya dan kakeknya. “Mereka menanamkan mengenai pentingnya pendidikan sejak saya masih kecil sekali,” ujarnya.

Ada kisah menarik di situ. Ketika masih sekolah dasar, kedua orang tuanya sering membanding-bandingkan Nelson dengan beberapa sepupunya yang sudah doktor. Perbandingan tersebut sebenarnya kurang pas. Sebab, para sepupu Nelson itu jauh di atas usianya. Ada yang 20 tahun lebih tua. Tapi, Nelson kecil menganggapnya serius dan bertekad keras mengimbangi sekaligus melampauinya. Waktu akhirnya menjawab imipian Nelson tersebut. “Jadi, terima kasih buat kedua orang tua saya. Saya memang orang yang suka dengan banyak tantangan. Kita jadi terpacu, gitu,” ungkapnya.
Nelson mengaku, mendiang kakeknya dulu juga ikut memicu semangat serta disiplin belajarnya. “Almarhum kakek saya itu orang yang sangat baik, namun agak keras. Tetapi, karena kerasnya, saya malah menjadi lebih tekun dan berusaha sesempurna mungkin mencapai standar tertinggi dalam melakukan sesuatu,” jelasnya.

Riwayat Pendidikan

Setelah menamatkan SMA, Tansu memperoleh beasiswa dari Bohn’s Scholarshipsuntuk kuliah di jurusan matematika terapan, teknik elektro, dan fisika di UniversitasWisconsin – Madison, Amerika Serikat. Pada tahun 1998 Tansu berhasil meraih gelarbachelor of science yang ditempuh hanya dalam waktu 2 tahun 9 bulan dengan predikat Summa Cum Laude. Setelah itu, ia mendapat banyak tawaran beasiswa dari berbagai perguruan tinggi ternama di Amerika Serikat.
Walaupun demikian, ia memilih tetap kuliah di Universitas Wisconsin dan meraih gelar doktor di bidang electrical engineering pada bulan Mei 2003. Thesis Doktorat – nya di bidang photonicsoptoelectronics, dan semiconductor nanostructires mendapataward sebagai “The 2003 Harold A. Peterson Best ECE Research Paper Award” mengalahkan 300 thesis doktoral lainnya. Selain itu, penghargaan lain yang diterimanya antara lain WARF Graduate University Fellowships dan Graduate Dissertator Travel Funding Award 

Dalam pemenuhan gelar doktoralnya, Nelson Tansu mendapatkan tawaran sebagai assisten professor dari berbagai universitas terkemuka di Amerika Serikat. Tawaran-tawaran pekerjaan ini membuat membuang jauh-jauh untuk kembali dan bekerja di Indonesia. Kemudian pada tahun 2003, dalam usianya yang ke 25 tahun, Tansu memutuskan untuk bekerja di Lehigh University sebagai asissten professor di jurusan teknik elektro dan informatika. Ini merupakan kehormatan diangkat sebagai pengajar di universitas. Walaupun saya adalah professor dalam jurusan teknik elektro dan informatika, penelitian saya lebih cenderung kepada fisika terapan dan quantum electronics,” tukasnya.

Pada usia 25 tahun Tansu diangkat menjadi guru besar (profesor) di Lehigh University, Bethlehem, Pennsylvania dan langsung mengajar mahasiswa di tingkat master (S-2), doktor (S-3), bahkan post doctoral Departemen Teknik Elektro dan Komputer. Tansu merupakan orang Indonesia pertama yang menjadi profesor diLehigh University.

Pada semester musim gugur di tahun 2003, saya mengajar mahasiswa doktoral dalam mata kuliah physics and applications of photonics crystals. Pada musim semi tahun 2004, saya mengajar mahasiswa pasca sarjana dalam matakuliah semiconductor device physic. Mungkin itu,” ungkap Tansu. Selama bulan September ke Desember pada musim gugur 2004, Nelson Tansu mengajar kelas doktoral dalam mekanika kuantum terapan untuk teknologi-nano semi konduktor. Sebagai tambahan, Nelson Tansu juga menjadi supervisor untuk penelitian beberapa mahasiswa PhD dan post-doktoral di Lehigh University.

Karena prestasi yang dicapainya, Nelson Tansu menjadi incaran berbagai universitas terkemuka di Amerika Serikat dan negara-negara lain. Tawaran itu datang dari berbagai universitas di Amerika Serikat, Kanada, Jerman, dan Taiwan. Tentu saja tawaran itu diberikan dari universitas-universitas terbaik yang ada di negara tersebut. Semua tawaran itu didapatkan Nelson Tansu sebelum dan sesudah dia menjadi pengajar di Lehigh University. Tetapi semua tawaran itu akhirnya ditepisnya  dan kemudian dia loyal dan komitmen untuk mengajar di Lehigh University, Pennsylvania.
Alasan utama yang dikemukakan Tansu adalah Lehigh bersedia memberikan anggaran yang memadai untuk penelitiannya, semiconductor nanostructure optoelectronic devices. Menurut Tansu, Lehihg University juga memiliki kepemimpinan yang kuat dan ambisi untuk menjadi yang terbaik dengan memperkerjakan professor terbaik dan terkemuka untuk melakukan penelitian yang berkelas dunia.

Kontribusi untuk Dunia Riset

Pada April 2007 sampai April 2009, Tansu dipromosikan menjadi Peter C. Rossin (Term Chair) Assistant Professor di Universitas Lehigh. Kemudian pada Mei 2009 sampai sekarang, Tansu dipromosi menjadi Associate Professor dengan tenure di Universitas Lehigh. Posisi Professor dengan tenure adalah merupakan posisi seumur hidup, dan biasanya hanya diberikan kepada profesor yang telah menunjukkan produktivitas yang tinggi dan riset yang berkaliber tinggi.
Saat ini Prof. Nelson menjadi profesor di universitas ternama Amerika, Lehigh University, Pensilvania dan mengajar para mahasiswa di tingkat master (S-2), doktor (S-3) dan post doctoral Departemen Teknik Elektro dan Komputer. Lebih dari 84 hasil riset maupun karya tulisnya telah dipublikasikan di berbagai konferensi dan jurnal ilmiah internasional. Ia juga sering diundang menjadi pembicara utama di berbagai seminar, konferensi dan pertemuan intelektual, baik di berbagai kota di AS dan luar AS seperti Kanada, Eropa dan Asia. Prof Nelson telah memperoleh 11 penghargaan dan tiga hak paten atas penemuan risetnya. Ada tiga penemuan ilmiahnya yang telah dipatenkan di AS, yakni bidang semiconductor nanostructure optoelectronics devicesdan high power semiconductor lasers.
Yang mengagumkan, sudah ada tiga penemuan ilmiahnya yang dipatenkan di AS, yakni bidang semiconductor nanostructure optoelectronics devices dan high power semiconductor lasers. Di tengah kesibukannya melakukan riset-riset lainnya, dua buku Nelson sedang dalam proses penerbitan.
Bidang research yang didalaminya adalah semiconductor optoelectronics and semiconductor nanostructure devices, di mana saya melakukan riset baik dalam bidang experimental dan theoretically juga. Teknologi yang Tansu kembangkan mencakup semiconductor lasersquantum well dan quantum dot lasersquantum intersubband lasersInGaAsN quantum well dan quantum dotstype-II quantum well lasers, dan GaN/AlGaN/InGaN semiconductor nanostructure optoelectronic devices. Dengan menggunakan metalorganic chemical vapor deposition untuk mengontrol atom-atom di semiconductor, kita dapat melakukan bandgap engineering dari semiconductor tersebut. Penggunaan teknologi ini mencakup aplikasi di bidang optical communicationbiochemical sensors, system deteksi untuk senjata, dan lainnya.

Harapannya Untuk Indonesia


Saya percaya bahwa kita harus belajar dari Singapore bahwa mereka membayar gaji guru lebih tinggi dari insinyur, dan juga gaji profesor mereka merupakan salah satu yang terbaik di tingkat Asia. Dengan demikian, mereka dapat menrekrut talenta-talenta terbaik domestik dan luar negeri untuk menjadi guru dan profesor di Singapore.
“Negara Indonesia adalah Negara besar dengan populasi ke-4 terbesar di dunia. Banyak talenta-talenta luar biasa dari generasi muda kita yang melebihi kita-kita yang sudah lebih senior, dan kita harus dapat memberikan motivasi untuk memajukan mereka, dan juga memberikan bimbingan dan semangat yang tepat untuk dapat mengembangkan talenta-talenta muda tersebut secara optimal. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang harus mampu untuk memberikan kontribusi besar untuk tingkat dunia. Dengan adanya generasi muda bertalenta tinggi di Indonesia (yang menurut saya, banyak yang lebih luar biasa dari kita-kita yang senior), maka saya yakin Indonesia dapat menjadi negara maju dengan masyarakat yang sejahtera dan juga dapat memberikan kontribusi yang luar biasa di tingkat dunia.”
“Sewaktu pertemuan di I-4 (Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional) di Jakarta bulan Desember 2010 , saya benar-benar sangat impressed dengan enthusiasm dari generasi muda yang ingin Indonesia maju. Dengan semangat yang demikian positif dan saling mendukung di antara kalangan ilmuwan Indonesia, maka saya yakin Indonesia akan maju dan generasi muda akan terus berkembang melebihi generasi sekarang”.

Tentu saja, Indonesia haruslah berpikir bagaimana untuk menyediakan wadah-wadah yang kompetitif yang dapat merekrut dan menampung murid-murid Indonesia yang telah sangat berhasil dalam riset dan pendidikan tinggi mereka di negara-negara maju. Indonesia harus memiliki universitas-universitas yang memiliki reputasi yang tinggi di tingkat Asia, yang mampu menrekrut profesor-profesor terbaik dalam bidang akademik, riset, dan reputasi.
Untuk meningkatkan kualitas profesor-profesor di Indonesia, maka universitas haruslah mampu meningkat gaji profesor-profesor di Indonesia. Saya sering mendengar keluhan teman-teman yang telah pulang ke Indonesia sebagai dosen dalam bidang gaji, sehingga mereka harus mengambil pekerjaan konsultansi di luar universitas.

Jadi saya sangat berharap bahwa jika Indonesia memang berkomitmen untuk mendirikan universitas-universitas berkualitas tinggi yang dapat mendobrak menjadi salah satu universitas terbaik di tingkat Asia (top 5-10 Asia), maka kita bakal mampu untuk menrekrut professor-professor yang sangat berkualitas tinggi dari manca negara.
Dengan adanya universitas-universitas yang bagus di Indonesia, kita juga akan mampu menarik talenta-talenta muda dari manca negara untuk bersekolah di Indonesia. Saya sangat yakin bahwa universitas yang berkualitas tinggi adalah fundamental untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, teknologi, ekonomi, sosial, dan semua ini akan menjadikan Indonesia menjadi salah satu powerhouse di tingkat Asia dan dunia.

Untuk meningkatkan kualitas profesor-profesor di Indonesia, maka universitas haruslah mampu meningkat gaji profesor-profesor di Indonesia. Saya sering mendengar keluhan teman-teman yang telah pulang ke Indonesia sebagai dosen dalam bidang gaji, sehingga mereka harus mengambil pekerjaan konsultansi di luar universitas. Sering juga setelah beberapa tahun dalam posisi demikian, mereka mengambil keputusan untuk pergi ke Malaysia atau Singapura untuk posisi yang lebih rendah tetapi gaji yang lebih tinggi. Jadi saya rasa hal gaji adalah hal yang sangat penting untuk didiskusikan.
Kita harus belajar dari Korea Selatan, China, Taiwan, Hong Kong, dan Singapura yang telah sangat sukses dalam merekrut profesor-profesor mereka dari AS dan Eropa terutama dengan memberikan fasilitas riset yang bagus, gaji yang bagus, dan komitmen yang tinggi untuk menjadi universitas top di tingkat Asia dan internasional. Jika Indonesia tidak memiliki wadah yang dapat menampung murid-murid Indonesia yang telah berhasil di negara-negara maju, sangatlah sulit bagi mereka untuk dapat kembali ke Indonesia.

Karena, jika mereka pulang ke Indonesia tanpa adanya wadah tersebut, mereka tidak akan dapat mengembangkan karir mereka di Indonesia. Karir ilmuwan tersebut tidaklah panjang, hanya sekitar 30-35 tahun yang produktif dan mungkin 15-25 tahun yang sangat produktif. Dan masa sangat produktif tersebut adalah sewaktu mereka masih muda, kreatif, dan memiliki banyak ide-ide original.
Di kalangan masyarakat negara maju, pendidik, guru atau profesor, sangatlah dihormati. Mungkin hal ini disebabkan karena rasa sadar diri yang tinggi dari masyarakat negara maju mengenai betapa pentingnya pendidik dalam membentuk generasi mendatang. Jangan lupa juga, hampir semua penemuan penting yang menempatkan negara maju (seperti Amerika Serikat) berasal dari riset yang dilakukan oleh mahasiswa dan profesor-profesor di universitas.

Bangsa Indonesia harus mampu memiliki universitas-universitas berkualitas terbaik (top 10 or top 5) di tingkat Asia. Hal ini merupakan tujuan yang tidak dapat dihindari jika Indonesia ingin menjadi salah satu macan pendidikan di tingkat Asia. Dengan adanya universitas-universitas top 5 dan top 10 di tingkat Asia, maka sumber daya manusia (SDM) terbaik Indonesia dapat berkarya di dalam negeri dan juga SDM terbaik dari luar negeri dapat ditarik untuk berkontribusi dalam meningkatkan kualitas generasi muda mendatang.

Tentu saja, nasib bangsa Indonesia di masa depan berada di tangan anak-anak muda sekarang. Kalau tidak, memangnya bangsa kita harus tergantung dengan siapa? Tentu saja, anak-anak muda sekarang ini haruslah diberikan contoh-contoh, cara-cara, dan kesempatan-kesempatan untuk mampu menjadi maju dan berhasil. Jawabannya sebenarnya tentu cuma satu, yaitu pendidikan yang terbaik untuk generasi sekarang dan mendatang! Siapakah Nelson Tansu selanjutnya yang dapat mengikuti jejaknya ? Doa,impian dan harapan kita bersama Mudah-mudahan salah satu dari kita menjadi salah satu penerusnya. ( Sibuea Mark Quark Gluon Tao )

Referensi :

" Profesor Termuda bidang Physics Science and Electrical Engineering di Amerika Serikat Adalah Kelahiran Medan,Indonesia"


Prof. Nelson Tansu, Ph.D
Prof. Nelson Tansu, Ph.D dilahirkan di Medan, Sumatera Utara, tanggal 20 Oktober 1977. Dia adalah anak kedua di antara tiga bersaudara buah pasangan Iskandar Tansu dan Lily Auw yang berdomisili di Medan, Sumatera Utara. Kedua orang tua Nelson adalah pebisnis percetakan di Medan. Mereka adalah lulusan universitas di Jerman. Abang Nelson, Tony Tansu, adalah master dari Ohio, AS. Begitu juga adiknya, Inge Tansu, adalah lulusan Ohio State University (OSU). Tampak jelas bahwa Nelson memang berasal dari lingkungan keluarga berpendidikan. Ia adalah lulusan terbaik SMU Sutomo 1 Medan pada tahun 1995 dan juga menjadi finalis Tim Olimpiade Fisika Indonesia (TOFI).


Setelah menamatkan SMA, ia memperoleh beasiswa dari Bohn’s Scholarships untuk kuliah di jurusan matematika terapan, teknik elektro, dan fisika di Universitas Wisconsin-Madison, Amerika Serikat. Tawaran ini diperolehnya karena ia menjadi salah satu finalis TOFI. Ia berhasil meraih gelar bachelor of science kurang dari tiga tahun dengan predikat summa cum laude. Setelah menyelesaikan program S-1 pada tahun 1998, ia mendapat banyak tawaran beasiswa dari berbagai perguruan tinggi ternama di Amerika Serikat. Walaupun demikian, ia memilih tetap kuliah di Universitas Wisconsin dan meraih gelar doktor di bidang electrical engineering pada bulan Mei 2003.

Selama menyelesaikan program doktor, Prof. Nelson memperoleh berbagai prestasi gemilang di antaranya adalah WARF Graduate University Fellowships dan Graduate Dissertator Travel Funding Award. Penelitan doktornya di bidang photonics, optoelectronics, dan semiconductor nanostructires juga meraih penghargaan tertinggi di departemennya, yakni The 2003 Harold A. Peterson Best ECE Research Paper Award.

Setelah memperoleh gelar doktor, Nelson mendapat tawaran menjadi asisten profesor dari berbagai universitas ternama di Amerika Serikat. Akhirnya pada awal tahun 2003, ketika masih berusia 25 tahun, ia menjadi asisten profesor di bidang electrical and computer engineering, Lehigh University. Lehigh University merupakan sebuah universitas papan atas di bidang teknik dan fisika di kawasan East Coast, Amerika Serikat.

Saat ini Prof. Nelson menjadi profesor di universitas ternama Amerika, Lehigh University, Pensilvania dan mengajar para mahasiswa di tingkat master (S-2), doktor (S-3) dan post doctoral Departemen Teknik Elektro dan Komputer. Lebih dari 84 hasil riset maupun karya tulisnya telah dipublikasikan di berbagai konferensi dan jurnal ilmiah internasional. Ia juga sering diundang menjadi pembicara utama di berbagai seminar, konferensi dan pertemuan intelektual, baik di berbagai kota di AS dan luar AS seperti Kanada, Eropa dan Asia. Prof Nelson telah memperoleh 11 penghargaan dan tiga hak paten atas penemuan risetnya. Ada tiga penemuan ilmiahnya yang telah dipatenkan di AS, yakni bidang semiconductor nanostructure optoelectronics devices dan high power semiconductor lasers.

Ketika masih di Sekolah Dasar, Prof. Nelson gemar membaca biografi para fisikawan ternama. Ia sangat mengagumi prestasi para fisikawan tersebut karena banyak fisikawan yang telah meraih gelar doktor, menjadi profesor dan bahkan ada beberapa fisikawan yang berhasil menemukan teori (eyang Einstein) ketika masih berusia muda. Karena membaca riwayat hidup para fisikawan tersebut, sejak masih Sekolah Dasar, Prof. Nelson sudah mempunyai cita-cita ingin menjadi profesor di universitas di Amerika Serikat.

Walaupun saat ini tinggal di Amerika Serikat dan masih menggunakan passport Indonesia, Prof. Nelson berjanji kembali ke Indonesia jika Pemerintah Indonesia sangat membutuhkannya.

Dia sering diundang menjadi pembicara utama dan penceramah di berbagai seminar. Paling sering terutama menjadi pembicara dalam pertemuan-pertemuan intelektual, konferensi, dan seminar di Washington DC. Selain itu, dia sering datang ke berbagai kota lain di AS. Bahkan, dia sering pergi ke mancanegara seperti Kanada, sejumlah negara di Eropa, dan Asia.

Yang mengagumkan, sudah ada tiga penemuan ilmiahnya yang dipatenkan
di AS, yakni bidang semiconductor nanostructure optoelectronics devices dan high power semiconductor lasers. Di tengah kesibukannya melakukan riset-riset lainnya, dua buku Nelson sedang dalam proses penerbitan. Bukan main!!

Kedua buku tersebut merupakan buku teks (buku wajib pegangan, Red) bagi mahasiswa S-1 di Negeri Paman Sam.

Karena itu, Indonesia layak bangga atas prestasi anak bangsa di negeri rantau tersebut. Lajang kelahiran Medan, 20 Oktober 1977, itu sampai sekarang masih memegang paspor hijau berlambang garuda. Kendati belum satu dekade di AS, prestasinya sudah segudang. Ke mana pun dirinya pergi, setiap ditanya orang, Nelson selalu mengenalkan diri sebagai orang Indonesia. Sikap Nelson itu sangat membanggakan di tengah banyak tokoh kita yang malu mengakui Indonesia sebagai tanah kelahirannya.

"Saya sangat cinta tanah kelahiran saya. Dan, saya selalu ingin melakukan yang terbaik untuk Indonesia," katanya, serius.
Di Negeri Paman Sam, kecintaan Nelson terhadap negerinya yang dicap sebagai terkorup di Asia tersebut dikonkretkan dengan memperlihatkan ketekunan serta prestasi kerjanya sebagai anak bangsa. Saat berbicara soal Indonesia, mimic pemuda itu terlihat sungguh-sungguh dan jauh dari basa-basi.

"Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar dan merupakan bangsa yang
mampu bersaing dengan bangsa-bangsa besar lainnya. Tentu saja jika bangsa kita terus bekerja keras," kata Nelson menjawab koran ini.

Anak muda itu memang enak diajak mengobrol. Idealismenya berkobar-kobar dan penuh semangat. Layaknya profesor Amerika, sosok Nelson sangat bersahaja dan bahkan suka merendah. Busana kesehariannya juga tak aneh-aneh, yakni mengenakan kemeja berkerah dan pantalon.

Sekilas, dia terkesan pendiam. Pengetahuan dan bobotnya sering tersembunyi di balik penampilannya yang seperti tak suka bicara. Tapi, ketika dia mengajar atau berbicara di konferensi para intelektual, jati diri akademisi Nelson tampak. Lingkungan akademisi, riset, dan kampus memang menjadi dunianya. Dia selalu peduli pada kepentingan serta dahaga pengetahuan para mahasiswanya di kampus.

Ada yang menarik di sini. Karena tampangnya yang sangat belia, tak sedikit insan kampus yang menganggapnya sebagai mahasiswa S-1 atau program master. Dia dikira sebagai mahasiswa umumnya. Namun, bagi yang mengenalnya, terutama kalangan universitas atau jurusannya mengajar, begitu bertemu dirinya, mereka selalu menyapanya hormat: Prof Tansu.

"Di semester Fall 2003, saya mengajar kelas untuk tingkat PhD tentang physics and applications of photonics crystals. Di semester Spring 2004, sekarang, saya mengajar kelas untuk mahasiswa senior dan master tentang semiconductor device physics. Begitulah," ungkap Nelson menjawab soal kegiatan mengajarnya. September hingga Desember atau semester Fall 2004, jadwal mengajar Nelson sudah menanti lagi. Selama semester itu, dia akan mengajar kelas untuk tingkat PhD tentang applied quantum mechanics for semiconductor nanotechnology.



Nano
Technology

"Selain mengajar kelas-kelas di universitas, saya membimbing beberapa mahasiswa PhD dan post-doctoral research fellow di Lehigh University ini," jelasnya saat ditanya mengenai kesibukan lainnya di kampus.

Nelson termasuk individu yang sukses menggapai mimpi Amerika (American dream). Banyak imigran dan perantau yang mengadu nasib di negeri itu dengan segala persaingannya yang superketat. Di Negeri Paman Sam tersebut,ada cerita sukses seperti aktor yang kini menjadi Gubernur California Arnold Schwarzenegger yang sebenarnya adalah imigran asal Austria. Kemudian, dalam Kabinet George Walker Bush sekarang juga ada imigrannya, yakni Menteri Tenaga Kerja Elaine L. Chao. Imigran asal Taipei tersebut merupakan wanita pertama Asian-American yang menjadi menteri selama sejarah AS.

Negara Superpower tersebut juga sangat baik menempa bakat serta intelektual Nelson. Lulusan SMA Sutomo 1 Medan itu tiba di AS pada Juli 1995. Di sana, dia menamatkan seluruh pendidikannya mulai S-1 hingga S-3 di University of Wisconsin di Madison. Nelson menyelesaikan pendidikan S-1 di bidang applied mathematics, electrical engineering, and physics. Sedangkan untuk PhD, dia mengambil bidang electrical engineering.

Dari seluruh perjalanan hidup dan karirnya, Nelson mengaku bahwa semua suksesnya itu tak lepas dari dukungan keluarganya. Saat ditanya mengenai siapa yang paling berpengaruh, dia cepat menyebut kedua orang tuanya dan kakeknya. "Mereka menanamkan mengenai pentingnya pendidikan sejak saya masih kecil sekali," ujarnya.

Ada kisah menarik di situ. Ketika masih sekolah dasar, kedua orang tuanya sering membanding-bandingkan Nelson dengan beberapa sepupunya yang sudah doktor. Perbandingan tersebut sebenarnya kurang pas. Sebab, para sepupu Nelson itu jauh di atas usianya. Ada yang 20 tahun lebih tua. Tapi, Nelson kecil menganggapnya serius dan bertekad keras mengimbangi sekaligus melampauinya. Waktu akhirnya menjawab imipian Nelson tersebut.

"Jadi, terima kasih buat kedua orang tua saya. Saya memang orang yang suka dengan banyak tantangan. Kita jadi terpacu, gitu," ungkapnya.

Nelson mengaku, mendiang kakeknya dulu juga ikut memicu semangat serta disiplin belajarnya. "Almarhum kakek saya itu orang yang sangat baik, namun agak keras. Tetapi, karena kerasnya, saya malah menjadi lebih tekun dan berusaha sesempurna mungkin mencapai standar tertinggi dalam melakukan sesuatu," jelasnya.

Sisihkan 300 Doktor AS, tapi Tetap Rendah Hati Nelson Tansu menjadi fisikawan ternama di Amerika. Tapi, hanya sedikit yang tahu bahwa profesor belia itu berasal dari Indonesia. Di sejumlah kesempatan, banyak yang menganggap Nelson ada hubungan famili dengan mantan
PM Turki Tansu Ciller. Benarkah?

NAMA Nelson Tansu memang cukup unik. Sekilas, sama sekali nama itu tidak mengindikasikan identitas etnis, ras, atau asal negeri tertentu. Karena itu, di Negeri Paman Sam, banyak yang keliru membaca, mengetahui, atau berkenalan dengan profesor belia tersebut.

Malah ada yang menduga bahwa dia adalah orang Turki. Dugaan itu muncul jika dikaitkan dengan hubungan famili Tansu Ciller, mantan perdana menteri (PM) Turki. Beberapa netters malah tidak segan-segan mencantumkan nama dan kiprah Nelson ke dalam website Turki. Seolah-olah mereka yakin betul bahwa fisikawan belia yang mulai berkibar di lingkaran akademisi AS itu memang berasal dari negerinya Kemal Ataturk.

Ada pula yang mengira bahwa Nelson adalah orang Asia Timur, tepatnya Jepang atau Tiongkok. Yang lebih seru, beberapa universitas di Jepang malah terang-terangan melamar Nelson dan meminta dia "kembali" mengajar di Jepang.
Seakan-akan Nelson memang orang sana dan pernah mengajar di Negeri Sakura itu.

Dilihat dari nama, wajar jika kekeliruan itu terjadi. Begitu juga wajah Nelson yang seperti orang Jepang. Lebih-lebih di Amerika banyak professor yang keturunan atau berasal dari Asia Timur dan jarang-jarang memang asal Indonesia. Nelson pun hanya senyum-senyum atas segala kekeliruan terhadap dirinya.

"Biasanya saya langsung mengoreksi. Saya jelaskan ke mereka bahwa saya asli Indonesia. Mereka memang agak terkejut sih karena memang mungkin jarang ada profesor asal aslinya dari Indonesia,"jelas Nelson.

Tansu sendiri sesungguhnya bukan marga kalangan Tionghoa. Memang, nenek moyang Nelson dulu Hokkien, dan marganya adalah Tan. Tapi, ketika
lahir, Nelson sudah diberi nama belakang "Tansu", sebagaimana ayahnya, Iskandar Tansu.

"Saya suka dengan nama Tansu, kok,"kata Nelson dengan nada bangga.

Nelson adalah pemuda mandiri. Semangatnya tinggi, tekun, visioner, dan selalu mematok standar tertinggi dalam kiprah riset dan dunia akademisinya. Orang tua Nelson hanya membiayai hingga tingkat S-1. Selebihnya? Berkat keringat dan prestasi Nelson sendiri. Kuliah tingkat doktor hingga segala keperluan kuliah dan kehidupannya ditanggung lewat beasiswa universitas.

"Beasiswa yang saya peroleh sudah lebih dari cukup untuk membiayai semua kuliah dan kebutuhan di universitas," katanya.

Orang seperti Nelson dengan prestasi akademik tertinggi memang tak sulit memenangi berbagai beasiswa. Jika dihitung-hitung, lusinan penghargaan dan anugerah beasiswa yang pernah dia raih selama ini di AS.

Menjadi profesor di Negeri Paman Sam memang sudah menjadi cita-cita dia sejak lama. Walau demikian, posisi assistant professor (profesor muda, Red) tak pernah terbayangkannya bisa diraih pada usia 25 tahun. Coba bandingkan dengan lingkungan keluarga atau masyarakat di Indonesia, umumnya apa yang didapat pemuda 25 tahun?

Bahkan, di AS yang negeri supermaju pun reputasi Nelson bukan fenomena umum. Bayangkan, pada usia semuda itu, dia menyandang status guru besar. Sehari-hari dia mengajar program master, doktor, dan bahkan post doctoral. Yang prestisius bagi seorang ilmuwan, ada tiga riset Nelson yang dipatenkan di AS. Kemudian, dua buku teksnya untuk mahasiswa S-1 dalam proses penerbitan.

Tapi, bukan Nelson Tansu namanya jika tidak santun dan merendah. Cita-citanya mulia sekali. Dia akan tetap melakukan riset-riset yang hasilnya bermanfaat buat kemanusian dan dunia. Sebagai profesor di AS, dia seperti meniti jalan suci mewujudkan idealisme tersebut.

Ketika mendengar pengakuan cita-cita sejatinya, siapa pun pasti akan terperanjat. Cukup fenomenal. "Sejak SD kelas 3 atau kelas 4 di Medan, saya selalu ingin menjadi profesor di universitas di Amerika Serikat. Ini benar-benar saya cita-citakan sejak kecil," ujarnya dengan mimic serius.

Tapi, orang bakal mahfum jika melihat sejarah hidupnya. Ketika usia SD, Nelson kecil gemar membaca biografi para ilmuwan-fisikawan AS dan Eropa. Selain Albert Einstein yang menjadi pujaannya, nama-nama besar seperti Werner Heisenberg, Richard Feynman, dan Murray Gell-Mann ternyata Sudah diakrabi Nelson cilik.

"Mereka hebat. Dari bacaan tersebut, saya benar-benar terkejut, tergugah dengan prestasi para fisikawan luar biasa itu. Ada yang usianya muda sekali ketika meraih PhD, jadi profesor, dan ada pula yang berhasil menemukan teori yang luar biasa. Mereka masih muda ketika itu," jelas Nelson penuh kagum.

Nelson jadi profesor muda di Lehigh University sejak awal 2003. Untuk bidang teknik dan fisika, universitas itu termasuk unggulan dan papan atas di kawasan East Coast, Negeri Paman Sam. Untuk menjadi profesor di Lehigh, Nelson terlebih dahulu menyisihkan 300 doktor yang resume (CV)-nya juga hebat-hebat.


Referensi :- http://www.gurumuda.com/prof-nelson-tansu-phd

Kamis, 12 September 2013

" Si Jenius Marie Skłodowska-Curie Wanita Briliant Pertama Peraih Nobel Fisika Dan Nobel Kimia"

Marie SkÅ‚odowska-Curie (7 November 1867 – 4 Juli 1934) 
Marie SkÅ‚odowska-Curie (7 November 1867 – 4 Juli 1934) dilahirkan dengan nama Maria Sklodowska di Warsaw, Polandia pada tanggal 7 November 1897 adalah perintis dalam bidang radiologi dan pemenang Hadiah Nobel dua kali, yakni Fisika pada 1903 dan Kimia pada 1911. Ia mendirikan Curie Institute. Bersama dengan suaminya, Pierre Curie, ia menemukan unsur radium. Sebagai anak perempuan, ia sangat haus ilmu pengetahuan terlebih pada bidang Sains sehingga menjadikan dirinya seorang siswi desa yang lulus dengan nilai terbaik. Marie mewujudkan keinginannya mengikuti pendidikan di Universitas Sorbonne, Paris.

Marie adalah mahasiswi yang cemerlang. Setelah kelulusannya di bidang matematika, ia mendapat urutan pertama untuk studinya di bidang fisika. Rasa ingin tahunya pada ilmu pengetahuan tidak pernah habis, hingga membawanya sebagai wanita pertama yang meraih hadiah Nobel.

Karena menemukan dua unsur radioaktif, yaitu polonium dan radium, Marie Curie berbagi penghargaan Nobel fisika bersama-sama dengan suaminya Pierre Curie dan Henri Becquerel pada tahun 1903. Nobel kedua didapatnya pada tahun 1911 di bidang kimia, berkat kerja kerasnya mengisolasi radium serta mengarakterisasi unsur baru tersebut.

Marie Curie bersama suaminya, Pierre Curie sama-sama dibesarkan dalam keluarga yang menghargai pendidikan dan ilmu pengetahuan. Kedua ayah mereka adalah seorang profesor. Mereka bertemu di Paris dan kemudian hidup bersama mendiskusikan berbagai pengetahuan, serta menyumbangkan tenaga dan pikiran untuk ilmu baru dari fenomena alam. Salah satu mimpi besar mereka adalah mengetahui sifat-sifat unsur radioaktif.

Polonium dan radium adalah dua unsur radioaktif pertama yang ditemukan. Polonium diambil dari nama Polandia, tempat kelahiran Madame Curie. Sedangkan nama Radium diambil dari warna radiasi sinar biru garam klorida yang berhasil mereka sintesis. Metode untuk memisahkan garam radium dan polonium dari batuan uranium dipublikasikan secara bebas pada dunia pengetahuan. Mereka memilih untuk tidak mematenkan metode tersebut sehingga tidak memperoleh nilai ekonomi yang tinggi dari penemuannya.

Hadiah Nobel atas penemuan polonium dan radium tak menyurutkan pasangan Curie untuk tetap melanjutkan penelitian tentang unsur radioaktif. Namun karena kecelakaan, Pierre Curie harus meninggalkan Marie Curie bersama anak-anak mereka serta penelitian yang masih tersisa.

RADIOAKTIVITAS

Setelah kematian Pierre Curie pada tahun 1906, Marie Curie memutuskan menjadi dosen bidang fisika khususnya tentang radiasi. Lagi-lagi ia menjadi dosen wanita pertama di Universitas Sorbonne Prancis. Kuliah pertamanya pada tanggal 5 November 1906 pukul 13.30 terbatas hanya untuk 120 peserta kuliah yaitu dari kalangan mahasiswa, umum, serta wartawan. Saat itu Marie menerangkan tentang teori ion dalam bentuk gas, serta risalahnya tentang radioaktivitas.

Penemuan terbarunya yang juga mendapat penghargaan Nobel kedua kalinya, adalah hasil mengisolasi radium dengan cara elektrolisis lelehan garam radium klorida. Pada elektroda negatif radium membentuk amalgam dengan raksa. Dengan memanaskan amalgam dalam tabung silika yang dialiri gas nitrogen pada tekanan rendah akan menguapkan raksa, dan meninggalkan radium murni yang berwarna putih. Radium dikenal sebagai unsur radioaktif pertama yang berhasil diisolasi dari bentuk garamnya. Keberhasilan ini mencatatkan namanya sebagai satu-satunya peraih Nobel ganda dalam bidang yang 
berbeda.
Marie Currie Melakukan Pengamatan Pada penemuan Dua Unsur Radioaktif Polonium-Radium
Kemudian di tahun 1915, Marie Curie menggunakan pengetahuannya untuk membantu tim palang merah dalam perang di Prancis. Dengan bantuan dana dari Persatuan Wanita Perancis, Madame Curie menyulap satu unit mobil menjadi unit radiologi berjalan yang memiliki peralatan sinar-X dan dinamonya. Ia mengunjungi pos-pos yang memerlukan pengobatan akibat luka tembak atau luka bakar akibat granat. Dengan dibantu beberapa perawat wanita, mereka mengoperasikan unit mobil ini selama terjadi perang.

Berkat tulisan seorang jurnalis wanita, Ny. William Brown Meloney, radium semakin identik dengan Marie Curie. Ketulusannya serta kerja kerasnya bagi ilmu pengetahuan mendapat simpati dari dunia. Hal ini terbukti ketika ia mendapat hadiah satu gram radium dari Presiden Amerika Warren G. Harding atas nama wanita Amerika Serikat pada tahun 1921. Begitu pula dengan bantuan 50.000 dolar AS dari Presiden Hoover (AS) untuk membeli bahan radium yang digunakan di Warsaw.

Gelar kehormatan sebagai Doktor Ilmu Pengetahuan (Doctor of Science) diberikan kepadanya dari berbagai universitas terkemuka. Mereka mengakui pemikiran dan kerja keras Madame Curie merupakan sumbangan terbesar bagi ilmu pengetahuan dan dunia.

Perjalanan hidup seorang Marie Sklodowska Curie tidak pernah lepas dari ilmu pengetahuan serta pengabdian terhadap kemanusiaan. Berkat ketulusannya serta kegigihannya, ia telah memengaruhi banyak orang untuk terus mengembangkan ilmu pengetahuan. Selama tahun 1903-1912, ia beserta beberapa muridnya dan sesama koleganya melanjutkan penelitian radium dan berhasil menemukan 29 jenis isotop radioaktif selain radium.

Ia tak mengetahui bahaya zat radioaktif saat mencoba mengisolasinya, sehingga terlalu sering melakukan kontak langsung dengan unsur-unsur tersebut. Radiasi sinar radium yang berlebih memberi dampak negatif bagi tubuhnya, ia mengidap kanker leukimia. Pada tanggal 4 Juli 1934 di Haute Savoie, Curie mengembuskan napas terakhirnya. Dunia kehilangan seorang wanita tangguh yang berjasa pada pengembangan pengetahuan dan kemanusiaan.
Monumen 1935, menghadap ke Institut Radium, Warsawa


Namun ia meninggalkan penerus-penerus yang tangguh. Kedua anak perempuannya meraih hadiah Nobel kelak. Irene, anak tertuanya meraih Nobel kimia pada tahun 1935 bersama suaminya Frederick Joliot. Eva, anak bungsunya saat menjadi direktur UNICEF meraih Nobel perdamaian tahun 1965 bersama suaminya H.R. Labouisse.

Dedikasinya yang tinggi terhadap ilmu pengetahuan sangatlah tinggi. Sampai saat ini, belum ada lagi seorang perempuan dengan talenta dan dedikasi yang demikian besar terhadap ilmu pengetahuan. Marie Curie terus bekerja dan menyelediki nuklir dan radioaktif hanya di dalam laboratorium sederhana tanpa mau memikirkan diri sendiri. Bahkan ia tidak mau mendaftarkan penemuannya ke paten karena terlalu berpegang teguh pada prinsip, "ilmu pengetahuan adalah untuk umat manusia". Bahkan sampai di akhir hidupnya, Marie Curie membuka gerbang pengetahuan bagi dunia kedokteran. Tumbuhnya kanker di tubuhnya telah menggugah para peneliti untuk mengetahui lebih lanjut efek radioaktif dan aplikasi yang dapat digunakan. Hingga saat ini bahan radioaktif dikaji pada bidang telekomunikasi, geologi, dan bidang industri. Untuk menghargai Penemuan Marie Currie dalam dunia Sains. Dunia mematenkan 
 satuan untuk intensitas suatu sumber radiasi menggunakan satuan Curie atau disingkat Ci. Satu Curie didenifinisikan sebagai :
  1 Ci = 3,7 x 1010 peluruhan per detik
Hubungan antara satuan Bacquerel dan satuan Curie adalah sebagai berikut :
  1 Ci = 3,7 x 1010 Bq
atau :
  1 Bq = 27,027 x 1012 Ci
Kedua satuan aktivitas radiasi tersebut, Curie dan Bequerel, sampai saat ini masih tetap dipakai. Pada umumnya untuk intensitas radiasi yang tinggi digunakan satuan Curie, sedangkan untuk intensitas rendah digunakan satuan Bequerel. Radiasi intensitas rendah sering juga memakai satuan mili dan mikro, dimana 
  1 mCi = 10-3 Ci dan 1 μCi = 10-6Ci .
Siapakah Superwoman selanjutnya yang dapat mengikuti jejaknya ? Doa,impian dan harapan Mudah-mudahan Wanita Indonesia menjadi salah satu penerusnya. (Sibuea Mark Quark Gluon Tao )

Referensi :
http://www.batan.go.id
http://id.wikipedia.org/wiki/Marie_Curie

"Maria G. Mayer si Superwoman ke-II Peraih Nobel Fisika "

Maria G. Mayer si Superwoman
Hanya ada dua orang wanita di dunia yang pernah mendapatkan penghargaan Nobel Fisika (wah dikit amat..). Salah satu dari kedua Super Women ini adalah wanita kelahiran Kattowitz pada tanggal 28 Juli 1906, Maria Goeppert-Mayer, yang mendapatkan Nobel Fisika pada tahun 1963 bersama Johannes Hans Daniel Jensen dan Eugene Paul Wigner. Maria yang merupakan putri tunggal Friedrich Goeppert dan Maria Wolf menghabiskan masa mudanya di Göttingen, tempat ayahnya bekerja. Friedrich Goeppert merupakan generasi keenam dalam keluarga yang berhasil menjadi profesor (di bidang kedokteran anak) di universitas. Eh tahu nggak, si Maria ini sangat bangga dengan prestasi ayah dan keluarganya, sehingga ia terdorong untuk meneruskan tradisi itu. Walau tidak banyak mendapat dukungan dari pemerintah (karena ia wanita), Maria tetap ngotot. Kengototannya itu membuahkan hasil juga, Maria berhasil lulus abitur (ujian masuk universitas) dan diterima di jurusan matematika University of Göttingen.

Mulailah petualangan Maria di Georgia Augusta University atau lebih dikenal sebagai University of Göttingen yang sedang berada pada masa kejayaannya. Göttingen kala itu merupakan pusat perkembangan dan penelitian fisika. Banyak gembong-gembong fisika mengajar disana termasuk para pemenang Nobel Fisika Max Born, Paul A. M. Dirac, Enrico Fermi, Werner Heisenberg, John von Neumann, J. Robert Oppenheimer, Wolfgang Pauli, Leo Szilard, Edward Teller, dan Victor Weisskopf. Pengajaran mereka sangat dinikmati oleh Maria selama masa studinya di sana. Ia bahkan sempat bertemu dengan Ernest Rutherford yang waktu itu dianggap salah satu “dewa” fisika. Pengaruh dari ayahnya dan para ilmuwan hebat ini mendorong Maria untuk menjadi seorang wanita yang bukan hanya berfungsi sebagai isteri dan ibu rumah
tangga. Satu tekadnya yang paling kuat adalah: ‘I was not going to be just a woman’. Wow… Suatu keinginan yang sangat tidak biasa bagi para wanita di masa itu! Maria Goeppert-Mayer bercita-cita untuk menjadi ahli matematika! Tetapi ketertarikannya pada matematika ternyata tidak berlangsung lama karena di tahun pertamanya di Göttingen Maria justru melirik bidang lain yang menggoda rasa ingin tahunya: Fisika! Orang yang paling bertanggung jawab atas ‘penyelewengan’nya dari matematika ini adalah Max Born, pemenang Nobel Fisika tahun 1954. Sejak Born mengundangnya menghadiri seminar fisikanya, Maria seakan ditarik oleh magnet kuat untuk menikmati fisika. Maka dimulailah proses pembentukan seorang fisikawan wanita muda yang jenius. Menurut Maria "Mathematics began to seem too much like puzzle solving. Physics is puzzle solving, too, but of puzzles created by nature, not by the mind of man." 

Pada tahun 1930, Maria – The Beauty of Göttingen – berhasil menyelesaikan studinya dan mendapatkan gelar Ph.D di bidang fisika di usia 24 tahun. Suatu prestasi yang menakjubkan! (woow luar biasa sekalee...) Pada tahun yang sama Maria menikah dengan Joseph Edward Mayer, seorang pemuda Amerika yang datang ke Göttingen untuk belajar kimia. Joe dan Maria, pasangan ilmuwan muda yang romantis, kemudian tinggal di Baltimore, Maryland, tempat Joe mendapatkan posisi sebagai Profesor Kimia di Johns Hopkins University. Dr. Goeppert-Mayer muda yang sangat pandai seharusnya bisa mendapatkan jabatan yang bagus pula di tempat yang sama, tetapi di masa itu segalanya tidak pernah semudah itu bagi seorang wanita. Peraturan ketat tentang nepotisme menghalanginya untuk mendapatkan pekerjaan di tempat yang sama dengan sang suami. Johns Hopkins University tidak mempekerjakan ‘isteri seorang profesor’. Tetapi si Super Woman Goeppert-Mayer tidak menyerah begitu saja. Ia kemudian bekerja secara sukarela dan tanpa bayaran sebagai ahli fisika-kimia, di Johns Hopkins University hanya demi memuaskan kecintaannya terhadap fisika. Hal yang sama terjadi ketika keluarga Mayer tahun 1939 pindah ke New York untuk mengikuti Joe yang mendapatkan pekerjaan baru di Columbia University. Maria kembali bekerja tanpa bayaran karena adanya peraturan nepotisme di Columbia University ini.

Pada tahun 1946 pasangan Mayer bersama dua anaknya, Maria Ann dan Peter Conrad, pindah ke Chicago dan Maria akhirnya menemukan tempat pertama yang menerimanya dengan tangan terbuka. Institute of Nuclear Physics mengangkatnya menjadi Profesor Fisika dan Argonne National Laboratory University of Chicago menjadikannya fisikawan senior di divisi fisika teori. Argonne National Laboratory merupakan tempat Maria menghasilkan karya terbesarnya dalam bidang fisika nuklir, yaitu model kulit pada inti atom (nuclear shell model) yang pada akhirnya menganugerahinya Nobel Fisika. Model yang dijuluki ‘Madonna of the Onion’ oleh Wolfgang Pauli ini bukan datang dari  langit. Maria bekerja keras untuk mendapatkan model-model ini, ia mencoba membuat model dari yang paling sederhana hingga yang paling gila. Menurut Maria "For a long time I have considered even the craziest ideas about atom nucleus... and suddenly I discovered the truth." (gile nggak tuh ngototnya...).

Dengan modelnya ini, Maria dapat menjelaskan kenapa inti suatu atom yang satu lebih stabil dibandingkan dengan inti atom yang lain. Ia juga mampu menjelaskan mengapa beberapa unsur mempunyai banyak isotop.
Maria Goeppert-Mayer telah berhasil mendobrak tradisi pemenang Nobel Fisika yang didominasi oleh kaum pria. Ia pun melanjutkan perjuangannya dengan berbagai usaha untuk membangkitkan semangat ilmuwan wanita agar semakin berani untuk menghadapi dunia yang didominasi pria ini. Nah, siapa mau

menyusul superwoman ini?? (Yohanes Surya)

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More