Gambar : Korban Radiasi Nuklir di Cherrnobyl Ukraina |
Sanur, Bali (10/10/13); Radiasi pengion sudah banyak dimanfaatkan dalam berbagai bidang seperti kesehatan, industri, sumber daya alam, pertanian dan lainnya, terlepas dari manfaatnya radiasi pengion juga memiliki efek dan resiko bagi kesehatan manusia dan lingkungan. Untuk meminimalisir efek dan resiko yang merugikan perlu riset terus menerus yang nantinya akan digunakan sebagai standar keselamatan baik bagi pekerja radiasi, masyarakat dan lingkungan.
Terkait hal ini dilaksanakan International Conference on the Sources, Effects and Risks of Ionizing Radiation – SERIR (Konferensi Internasional tentang Sumber, Efek dan Resiko dari Radiasi Pengion) di Sanur, Bali, Kamis-Jumat (10-11/10/2013). Badan Tenaga Nuklir Nasional selaku host konferensi bekerjasama dengan United Nations Scientific Committee on the Effects of Atomic Radiation (UNSCEAR).
Konferensi dihadiri 165 peserta yang berasal dari beberapa negara diantaranya Indonesia, Australia, Austria, Argentina, Jepang, Hungaria, Thailand, dan Malaysia. Peserta juga berasal dari berbagai kalangan dari ilmuan, peneliti, praktisi kesehatan, industri, lembaga pemerintah dan mahasiswa.
Carl Magnus Larsson sebagai chair dari UNSCEAR menyatakan meskipun UNSCEAR bukan lembaga yang besar dan hanya merupakan komite saintifik namun UNSCEAR terus melakukan riset dan melaporkan sumber, efek dan resiko dari radiasi pengion di berbagai negara. Saat ini anggota UNSCEAR sebanyak 27 negara termasuk Indonesia. Menurutnya UNSCEAR bukan pengambil kebijakan tetapi dari laporan-laporan UNSCEAR diharapkan dapat dijadikan standar pedoman bagi negara-negara anggotanya maupun negara lain yang berkaitan dengan efek dan resiko radiasi pengion.
Dalam sambutannya pada pembukaan konferensi Kepala BATAN Djarot Sulistio Wisnubroto mengungkapkan peran BATAN dalam hal ini adalah melakukan penelitian yang terkait dengan radiasi pengion sekaligus melakukan diseminasi tentang efek dan resiko radiasi pengion pada masyarakat. Ia berharap dari konferensi ini terjadi sharing informasi antar berbagai negara termasuk penelitian di negara masing-masing.
Sementara itu Deputi V Menristek Idham Suhardi menyebutkan suatu kendala yang selama ini dihadapi adalah bagaimana caranya sains dan teknologi menyampaikan dan mengkomunikasikan penelitiannya kepada semua stakeholder. Menurutnya hal ini bukan hanya terjadi di Indonesia tetapi juga di negara-negara lain. “Bagaimana membuat masyarakat awareterhadap radiasi pengion, sumber, efek dan resikonya” demikian imbuhnya. Ia juga berharap konferensi menghasilkan sebuah formulasi dari hasil kolaburasi penelitian dengan negara-negara lain.
Sekertaris UNSCEAR Malcom Crick mengungkapkan UNSCEAR sudah lama konsern tentang efek dan resiko radiasi pengion termasuk test senjata nuklir hingga termasuk peristiwa Chernobyl dan Fukushima, dari mulai mengidentifikasi, mengevaluasi level dan efek serta terus meningkatkan pengetahuan tentang efek dan resiko dari radiasi pengion. UNSCEAR secara berkala mengeluarkan publikasi hasil-hasil penelitiannya.
Kepala Badan Pengawas Teknologi Nuklir (BAPETEN) As Natio Lasman mengungkapkan radiasi dari mana saja mengenai tubuh manusia, hal ini yang diteliti dan diselidiki, dari hasil penelitian itulah dibuat regulasi standar sehingga bagaimana pekerja radiasi, masyarakat dan lingkungan terlindungi dari efek dan resikonya. BAPETEN sebagai badan pengawas dalam hal ini melaksanakan tiga hal penting yaitu peraturan, perizinan dan inspeksi .(Sibuea Mark Quark ,Sumber : Infonuklir)
0 komentar:
Posting Komentar