Uranium merupakan sumber energi dengan kelimpahan
sungguh sangat besar, yaitu 13000 TW tahun. Sebagai perbandingan, kelimpahan
energi dari batubara adalah 680 TW tahun. Sedangkan kelimpahan energi dari
minyak dan gas adalah 400 TW tahun. Adapun komsumsi energi dunia pada
tahun 2000 adalah 14 TW tahun, dan pada tahun 2100 diproyeksikan sekitar 55 TW
tahun. (TW adalah singkatan dari terrawatt, dan 1 TW = 1.000.000.000.000 W).
Uranium di kerak bumi terdeposit bersama-sama dengan
mineral lainnya. Agar dapat menghasilkan energi yang efisien, uranium harus
diolah melalui serangkaian tahapan proses yang panjang dan komplek dibanding
pemrosesan bahan bakar fosil seperti batubara, minyak, dan gas. Meskipun
demikian, porsi ongkos bahan bakar nuklir terhadap ongkos total pembangkitan
listrik dari PLTN adalah realtif kecil, yaitu sekitar 20 %.
Tahapan dimulai dari penambangan dan penggilingan
bijih uranium untuk mendapatkan konsentrat uranium. Tahapan proses selanjutnya
adalah pemurnian dan konversi, pengkayaan atau peningkatan kadar U-235 dalam
uranium, dan fabrikasi perangkat bakar nuklir sesuai dengan jenis reaktornya.
Seluruh tahapan mulai dari penambangan hingga
fabrikasi perangkat bakar disebutsebagai ujung depanatau “front end” siklus
bahan bakar nuklir.
|
Gambar : Siklus Bahan Bakar Nuklir |
Bahan bakar uranium
yang telah habis masa gunanya dalam membangkitan energidisebut bahan bakar
bekas atau ”spent fuel” yang akan melalui beberapa tahapan pengelolaan setelah
dikeluarkan dari teras reaktor. Masa guna bahan bakar nuklir di reaktor antara
3 – 6 tahun.
Pengelolaan bahan bakar bekas meliputi: penyimpanan
sementara, proses olah ulang dan daur ulang, dan pada akhirnya ditangani
sebagai limbah aktivitas tinggi. Tahapan ini disebut sebagai ujung belakangatau
“back end” siklus bahan bakar nuklir.
Proses olah ulang dan daur ulang bahan bakar nuklir
bekas merupakan sebuah opsi. Siklus bahan bakar nuklir yang tidak menerapkan
proses olah ulang dan daur ulang pada ujung belakang disebut siklus bahan bakar
terbuka atau ”open fuel cycle”. Sedangkan siklus bahan bakar nuklir yang
menerapkan proses olah ulang dan daur ulang bahan bakar bekas disebut siklus
bahan bakar tertutup atau ”closed fuel cycle”.
Siklus bahan bakar nuklir tertutup melalui daur ulang
bahan bakar bekas tanpa melalui proses pemisahan plutonium telah menjadi
pilihan utama pengembangan sistem energi nuklir di masa depan.
1. Penambangan dan Penggilingan
Uranium dapat ditambang melalui teknik terbuka (open
cut) maupun teknik terowongan (underground) tergantung pada kedalaman batuan
uranium yang diketemukan. Sebagai contoh tambang uranium Ranger adalah tambang
terbuka sementara Olympic Dam merupakan tambang bawah tanah (tambang ini juga
memproduksi tembaga, emas dan perak). Kedua tambang uranium tersebut berada di
Australia yang merupakan negara dengan cadangan uranium kategori murah terbesar
di dunia.
Bijih uranium hasil penambangan selanjutnya dikirim ke pabrik pengolah
bijih yang umumnya berada di dekat tambang. Di pabrik ini, bijih uranium
dihancurkan secara mekanik, dan kemudian uranium dipisahkan dari mineral
lainnya melalui proses kimia menggunakan larutan asam sulfat. Hasil akhir dari
proses ini berupa konsentrat uranium oksida (U3O8) yang
sering disebut kue kuning atau “Yellow Cake”, meskipun dalam banyak hal
berwarna kecoklatan.
Beberapa tambang uranium di Australia, Amerika
Serikat, dan Kazakhstan menggunakan In Situ Leaching (ISL) untuk mengkstrak
uranium secara langsung dari batuan di dalam tanah dan membawanya ke permukaan
dalam bentuk larutan kaya uranium, yang kemudian diendapkan dan dikeringkan
menjadi padatan uranium oksida. Teknik ini terutama digunakan untuk mengekstrak
uranium yang terdapat dalam batuan di dalam tanah yang tidak ekonomis apabila
delakukan dengan teknik konvensional.
U3O8merupakan produk komersial
yang diperjual-belikan di pasar dunia. Sepuluh negara utama pemroduksi uranium
adalah Kanada, Australia, Kazakhstan, Nigeria, Rusia, Namibia, Afrika Selatan,
Ukraina, Amerika Serikat, dan Uzbekistan. Kanada dan Australia memproduksi
uranium hampir 50% dari total produksi dunia.
Secara kasar, dibutuhkan sekitar 200 ton uranium agar
sebuah reaktor daya 1000 MWe mampu beroperasi selama 1 tahun. Saat ini
permintaan dunia akan uranium relatif stabil, yaitu sekitar 65000 ton/tahun.
2. Konversi
Tahapan selanjutnya untuk pembuatan bahan bakar nuklir adalah proses
pemurnian dan konversi Yellow Cake menjadi serbuk uranium dioksida (UO2)
berderajat nuklir. UO2 ini kemudian dikonversi lagi ke dalam
bentuk gas uranium hexafluoride (UF6).
Untuk reaktor nuklir yang menggunakan bahan bakar
uranium alam, yaitu reaktor yang mampu menghasilkan reaksi fisi berantai dengan
bahan bakar uranium alam yang hanya mengandung 0,7% U-235, serbuk UO2 hasil
konversi Yellow Cake dapat langsung dikirim ke pabrik bahan bakar nuklir untuk
diproses menjadi perangkat bakar nuklir yang siap digunakan di dalam reaktor.
Sedangkan untuk reaktor nuklir yang hanya mampu
menghasilkan reaksi fisi berantai dengan bahan bakar uranium diperkaya, serbuk
UO2 hasil proses konversi Yellow Cake perlu diubah ke bentuk
gas UF6 sebagai umpan proses pengayaan (proses peningkatan
kadar U-235 dalam bahan bakar uranium).
Konversi UO2 menjadi UF6 dilakukan
dalam dua langkah proses. Pertama adalah mereaksikan UO2 dengan
asam anhydrous HF hingga menjadi uranium tetrafluorida (UF4).
Kemudian UF4direaksikan dengan gas F2 sehingga
terbentuk UF6.
Negara utama pengoperasi pabrik komersial konversi
Yellow Cake – UF6adalah Kanada, Perancis, Amerika Serikat, Inggris,
dan Rusia. Beberapa negara seperti Cina, India, Aragentina, dan Romania juga
mengoperasikan pabrik konversi tetapi hanya sebatas untuk memenuhi kebutuhan
dalam negrinya sendiri.
3. Pengkayaan
Mayoritas PLTN yang sekarang beroperasi maupun yang
sedang dalam konstruksi memerlukan uranium diperkaya sebagai bahan bakarnya.
Pengkayaan uranium adalah proses meningkatkan kadar U-235 dalam bahan bakar
uranium dari 0,7% (kadar U-235 dalam uranium alam) menjadi sekitar 3 – 5%
atau lebih.
Proses pengkayaan membuang sekitar 85% U-238
melalui proses pemisahan gas UF6 ke dalam dua aliran, yaitu
satu aliran merupakan uranium yang telah diperkaya dan akan dipergunakan umpan
proses fabrikasi bahan bakar. Sedangkan aliran lainnya adalah aliran buangan
atau”tailing” berupa aliran uranium miskin U-235 yang disebut sebagai uranium
deplesi (kadar U-235 kurang dari 0,25%).
Ada dua metode yang secara komersial digunakan
untuk proses pengkayaan uranium, yaitu metode difusi gas dan metode
sentrifugasi gas. Kedua metode ini pada dasarnya menggunakan prinsip yang sama,
yaitu beda berat antara atom U-238 dan atom U-235.
Pada pengayaan metode difusi, gas UF6dialirkan
ke membran berpori. Oleh karena lebih ringan maka atom U-235 akan berdifusi
atau bergerak lebih cepat dibanding atom U-238, sehingga gas UF6 yang
lolos membran akan mengandung U-235 lebih banyak. Untuk mencapai tingkat
pengayaan U-235 antara 3–5%, diperlukan sekitar 1400 kali pengulangan
proses. Sehingga metode ini sangat boros energi, kira-kira akan mengkonsumsi
3–4 % dari energi listrik yang dibangkitkannya.
Pada pengayaan metode sentrifugasi, gas UF6diputar
dengan kecepatan sudut tinggi dalam sebuah tabung panjang dan ramping (1–2 m
panjang, 15-20 cm diameter). Gaya sentrifugal akan melemparkan isotop U-238
yang lebih berat menjauh dari pusat rotasi, sedangkan isotop U-235 yang lebih
ringan akan terkonsentrasi di pusat rotasi.
Metode gas sentrifugasi lebih hemat energi dan dapat dibangun
dengan unit yang lebih kecil dibanding metode difusi gas, sehingga metode ini
lebih ekonomis dan secara komersial cepat berkembang.
Pabrik pengkayaan uranium di dunia pertama kali
dibangun di Amerika Serikat dengan metode difusi gas. Beberapa pabrik
pengkayaan modern yang berada di Eropa (Perancis, Inggris, Jerman, Belanda) dan
Rusia menggunakan metode gas sentrifugasi. Negara lain yang mengoperasikan
pabrik pengkayaan uranium komersial adalah Jepang, Cina, Argentina, dan Brazil.
Beberapa tipe PLTN, terutama PLTN Candu di Kanada dan
PLTN generasi awal dengan reaktor berpendingin gas di Inggris tidak memerlukan
bahan bakar uranium diperkaya.
4. Fabrikasi Bahan Bakar
Fabrikasi bahan bakar atau perangkat bakar nuklir
diawali dengan proses konversi UF6yang telah diperkaya (keluaran
pabrik pengayaan) menjadi serbuk uranium dioksida (UO2) yang
kemudian dibentuk menjadi pil-pil (pelet) silinder melalui pengepresan dan
diteruskan dengan pemanggangan dalam suasana gas hidrogen pada temperatur
tinggi (1700 oC) hingga membetuk pelet UO2berderajat
keramik yang rapat dan kuat.
Pelet-pelet UO2yang memenuhi persyaratan
kualitas kemudian dimasukkan ke dalam sebuah selongsong dari bahan paduan
zirconium (zircalloy).
Setelah kedua ujung selongsong ditutup dan dilas,
batang bahan bakar (fuel rod) disusun membentuk suatu perangkat bakar (fuel
assembly).
Teras PWR 1000 MWe berisi sekitar 160 perangkat bakar.
Total batang bahan bakar yang digunakan mencapai 42000 buah. Setiap
batang bahan bakar kira-kira berisi 300 – 370 pelet UO2 yang
masing-masing pelet beratnya 6 – 7 gram.
Pabrik perangkat bakar PWR terbesar di dunia antara
lain adalah Westinghouse – USA dengan kapasitas produksi 1600 ton/tahun, Global
Nuclear Fuel – Americas dengan kapasitas produksi 1200 ton/tahun, Ulba –
Kazakhstan dengan kapasitas produksi 2000 ton/tahun, TVEL Elektrosal – Rusia
dengan kapasitas produksi 1020 ton/tahun, TVEL Novosibirsk – Rusia dengan
kapasitas produksi 1000 ton/tahun, dan FBFC – Perancis dengan kapasitas
produksi 820 ton/tahun.
Negara lain pengoperasi PLTN yang juga memproduksi
perangka bakar adalah Jepang, Korea Selatan, China, India, Argentina, Brazil,
Inggis (UK), dll.
5. Reaktor Nuklir
Setelah proses fabrikasi, perangkat bakar nuklir di
masukkan ke dalam teras reaktor. Susunan perangkat bakar (fuel assembly) inilah
yang membentuk struktur inti atau teras reaktor (reactor core). PLTN tipe PWR
dengan daya 1000 MW listrik (MWe) berisi sekitar 75 ton uranium sedikit
diperkaya.
Dalam teras reaktor, U-235 mengalami reaksi fisi dan menghasilkan panas
dalam sebuah proses berkesinambungan yang disebut reaksi fisi berantai.
Kelangsungan proses ini sangat bergantung pada moderator seperti air atau
grafit, dan sepenuhnya dikendalikan dengan menggunakan batang kendali.
Di dalam teras reaktor, sejumlah U-238 akan menyerap
neutron hasil reaksi fisi dan berubah menjadi plutonium (Pu-239).
Setengah dari plutonium yang dihasilkan juga mengalami
reaksi fisi dan menghasilkan sepertiga dari energi total reaktor.
Untuk mempertahankan kinerja reaktor, sekitar
sepertiga dari bahan bakar yang digunakan di dalam teras harus diganti
dengan bahan bakar baru setiap satu tahun atau setiap 18 bulan.
6. Penyimpanan Sementara Bahan Bakar Bekas
Bahan bakar bekas sangat radioaktif serta mengeluarkan banyak panas.
Untuk penanganan yang aman dan selamat, bahan bakar bekas yang baru
dikelurakan dari reaktor disimpan dalam kolam khusus yang berada di dekat
reaktor untuk menurunkan panas maupun radioaktivitas. Air di dalam kolam
berfungsi sebagai penghalang terhadap radiasi dan pemindah panas dari baban
bakar bekas.
Bahan bakar bekas dapat disimpan di kolam penyimpanan
untuk waktu yang lama (sampai lima puluh tahun atau lebih), sebelum akhirnya
diolah ulang atau dikirim ke pembuangan akhir sebagai limbah (penyimpanan
lestari).
Alternatif lain, setelah tingkat radioaktivitas dan
pemancaran panas bahan bakar bekas menurun drastis, bahan bakar bekas dapat
dikeluarkan dari kolam penyimpanan dan selanjutnya disimpan dengan cara kering.
Perisai radiasi yang cukup murah dan pendinginan alamiah yang bebas perawatan,
menjadikan cara ini menjadi pilihan yang menarik.
7. Reprocessing (Olah Ulang)
Bahan bakar bekas masih mengandung sekitar 96%
(480 kg) uranium dengan kandungan bahan fisil U-235 kurang dari 1%. Kemudian
3% (15 kg) dari bahan bakar bekas berupa produk fisi yang dapat
dikategorikan sebagai limbah aktivitas tinggi, dan 1% (5 kg) sisanya
berupa plutonium (Pu) yang diproduksi selama bahan bakar berada di dalam
reaktor dan tidak mengalami pembakaran.
Pemisahan uranium dan plutonium dari produk fisi
dilakukan dengan memotong elemen bakar kemudian melarutkannya ke dalam asam.
Uranium yang didapat dari proses pemisahan ini bisa dikonversi kembali menjadi
uranium hexaflourida untuk kemudian dilakukan pengkayaan. Adapun plutonium yang
diperoleh dapat dicampur dengan uranium diperkaya untuk menghasilkan bahan
bakar MOX (Mixed Oxide).
Pabrik bahan bakar MOX komersial yang ada di dunia
adalah Belgia, Perancis, Jerman, Inggris, Rusia, Jepang, Cina, dan India.
Amerika Serikat tidak melakukan olah-ulang terhadap bahan bakar bekas PLTN
komersial yang ada di negaranya. Hingga saat ini Amerika Serikat menganut
sistem daur terbuka atau ”open cycle”.
Beberapa PLTN PWR di dunia khususnya di Eropa telah
menggunakan bahan bakar MOX ini walaupun sifatnya masih parsial, yaitu 20 -
30% dari bahan bakar yang ada di teras. Jepang dalam waktu dekat
ini berencana untuk memuati sepertiga dari 54 PLTN-nya dengan bahan bakar MOX.
Adapun 3% limbah radioaktif tinggi yang
dihasilkan dari proses olah ulang adalah produk fisi yang jumlahnya
sekitar 750 kg pertahun dari reaktor daya 1000 MWe. Limbah ini mula-mula
disimpan dalam bentuk cairan untuk kemudian dipadatkan.
Proses olah ulang bahan bakar bekas dilakukan di
fasilitas di Eropa dan Rusia dengan kapasitas 5000 ton per tahun, dan total
produksi selama hampir 40 tahun telah mencapai sekitar 90000 ton.
8. Vitrifikasi
Limbah radioaktivitas tinggi dari proses olah ulang
dapat dikalsinasi (dipanaskan pada suhu yang sangat tinggi) sehingga menjadi
serbuk kering yang kemudian di masukkan kedalam borosilikat (pyrex) untuk
immobilisasi limbah. Bahan gelas tersebut kemudian dituangkan ke dalam tabung
stainless steel, masing-masing sebanyak 400 kg limbah gelas.
Pengoperasiaan reaktor 1000 MWe selama satu tahun akan
menghasilkan limbah gelas tersebut sebanyak 5 ton atau sekitar 12 tabung
stainless setinggi 1,3 meter dan berdiameter 0,4 meter. Setelah diberi
pelindung radiasi yang sesuai, limbah yang sudah diproses ini kemudian diangkut
ke tempat penyimpanan limbah.
Hingga saat ini, siklus bahan bakar nuklir bagian
ujung belakang atau ”back end” hanya sampai pada tahap ini.
Pembuangan akhir dari limbah radioaktifitas tinggi
atau pembuangan akhir bahan bakar bekas yang tidak diolah ulang (siklus terbuka),
masih belum dilakukan.
9. Pembuangan Akhir Limbah
Pembuangan akhir limbah pada prinsipnya adalah
penyimpanan lestari limbah radioaktivitas tinggi yang telah digelasifikasi dan
disegel dalam tabung stainless steel, dan juga penyimpanan lestari bahan bakar
bekas yang telah melalui proses pendinginan yang cukup dan telah disegel dalam
wadah atau “canister” terbuat dari logam tahan korosi seperti tembaga atau
stainless steel.
Secara umum telah dapat diterima bahwa limbah-limbah
tersebut rencananya akan dikubur di batuan stabil di dalam tanah dengan
kedalaman tak kurang dari 500 m di batuan dasar (bed rock). Kebanyakan negara
merencanakan untuk melaksanakan penyimpanan lestari bahan bakar bekas setelah
tahun 2010.(Sibuea Mark Quark Hadron's Referensi : infonuklir)