SIBUEAMANHATTANPROJECT.COM Ilmu kedokteran nuklir adalah cabang ilmu kedokteran yang menggunakan sumber radiasi terbuka. Berasal dari desintegrasi inti radionuklida buatan, untuk mempelajari perubahan fisiologis, anatomi dan biokimia, sehingga dapat digunakan untuk tujuan diagnostik, terapi dan penelitian kedokteran.
Bidang kedokteran seperti ini ada 2 spesialis yang berhubungan dengan radiasi, yaitu Radiologi dan Kedokteran Nuklir. Radiologi adalah aplikasi teknologi nuklir dalam bidang kedokteran yang memanfaatkan sumber radiasi tertutup (sealed source) ataupun sumber radiasi yang dibangkitkan dengan bantuan peralatan, misalnya penggunaan jarum berupa sumber radiasi Co-60, Ra-226, sinar-X dan linear accelerator (linac).
Sedangkan Kedokteran nuklir adalah aplikasi teknologi nuklir dalam bidang kedokteran yang memanfaatkan sumber radiasi terbuka (unsealed source), misalnya penggunaan sumber radioaktif I-131, P-32, Tc-99m, dan masih banyak lagi lainnya. Pada kedokteran nuklir, radioisotop dimasukkan ke dalam tubuh pasien (in-vivo) maupun hanya direaksikan saja dengan bahan biologis antara lain darah, cairan lambung, urine dan sebagainya, yang diambil dari tubuh pasien yang dikenal dengan studi in-vitro.
Aplikasi radiasi nuklir untuk diagnosa di bidang medis hingga saat ini terus dikembangkan oleh para peneliti BATAN. Satu diantaranya adalah alat kesehatan untuk mendeteksi fungsi ginjal. Alat ini biasa disebut dengan alat Renograf Dual Probe.
Sebelumnya, BATAN telah lama berhasil membuat renograf model PNR757 berbasis Add-on Card ISA. Namun sayangnya renograf model ini tidak bisa dioperasikan pada komputer Pentium IV maupun laptop karena tidak tersedianya slot ISA. Renograf tersebut telah tervalidasi dalam workshop di Yangon yang disponsori Badan Tenaga Atom Internasional-IAEA.
Untuk memperbaiki kekurangan tersebut, kini BATAN mengembangkan Renograf model R05PNHCSO I yaitu renograf dual probe berbasis komputer dengan komunikasi USB. Kedua renograf tersebut berfungsi sebagai sarana diagnostik untuk uji fungsi ginjal.
Perangkat pendeteksi fungsi ginjal ini memiliki prospek yang baik untuk bidang kesehatan. Dibanding perangkat serupa lainnya seperti sinar-X, renograf menjadi lebih unggul karena proses pemeriksaannya lebih cepat dan hasilnya lebih akurat. Data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan berupa informasi diagnostik bermakna kualitatif berbentuk kurva urodinamik masing-masing ginjal. Selain itu juga dihasilkan informasi diagnostik bermakna kuantitatif tentang kemampuan konsentrasi dan ekskresi relatif kedua ginjal. Data pemeriksaan dari renograf ini dipakai untuk tindak lanjut pengobatan ginjal.
Kelebihan renograf dibandingkan dengan alat pemeriksaan yang lain, disamping tidak memerlukan ruangan besar, alat ini juga lebih murah dan mudah mengoperasikannya, sehingga biaya yang dikeluarkan oleh pasien dapat terjangkau. Alat ini bisa digunakan untuk mendeteksi fungsi ginjal dan melakukan screening, apakah salah satu atau kedua fungsi ginjal berfungsi dengan baik atau tidak. Meskipun harus menggunakan radioisotop, namun dosisnya lebih rendah dan waktu paro yang pendek sehingga aman bagi pasien yang melakukan pemeriksaan.
Di rumah sakit besar tipe A dan B, masih ada alat pemeriksaan kesehatan yang fungsinya hampir sama dengan renograf yaitu CT Scan dan Gamma Camera. Secara fungsinya hampir sama dengan renograf, namun kedua alat pemeriksa kesehatan tersebut memiliki wilayah pemeriksaan yang lebih luas lagi. Data yang keluar dari hasil pemeriksaan menggunakan CT Scan dan Gamma Camera berupa citra dari organ yang diperiksa.
Bila dilihat dari penelitian awalnya, renograf dibuat dari bahan/komponen yang sederhana dan murah. Hal ini untuk mengatasi sumberdaya baik tenaga kerja maupun keterbatasan keuangan. Alat ini juga bisa dikatakan bersifat portable sehingga mudah dibawa kemanapun. Hanya dilengkapi dengan alat detektor yang disebut probe, yang berada didalam kolimator, kemudian dihubungkan ke komputer dengan softwarenya.
Alat kesehatan yang dibuat oleh para peneliti BATAN ini terbilang handal, selain hasil pemeriksaannya akurat, konstruksi desainnya pun sangat simpel dan sederhana. Dengan demikian alat ini sangat layak ditempatkan di rumah sakit yang belum memiliki peralatan pemeriksaan ginjal, seperti di rumah sakit yang bertipe B dan C. Bahkan karena bentuknya yang portable dan hanya butuh ruangan kecil, renograf juga layak ditempatkan di Puskesmas agar masyarakat lebih mudah untuk melakukan pemeriksaan ginjal dengan biaya lebih murah.
Rumah sakit tipe B adalah rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis dan subspesialis terbatas. Rumah sakit ini didirikan disetiap Ibukota propinsi yang menampung pelayanan rujukan di rumah sakit kabupaten. Sedangkan rumah sakit tipe C adalah rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis terbatas. Rumah sakit ini didirikan disetiap ibukota kabupaten (regency hospital) yang menampung pelayanan rujukan dari puskesmas.
Merujuk pada Peraturan Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes), renograf ini tergolong sebagai alat kesehatan (alkes), maka sebelum digunakan secara luas, perlu lebih dulu melakukan registrasi ke Kemenkes untuk mendapatkan ijin produksi dan ijin distribusi.
Cara Kerja Renograf
Proses pendeteksian ginjal dengan renograf terbilang singkat, hanya membutuhkan waktu sekitar 20 menit saja. Setelah pasien disuntikan dengan radioisotop ke pembuluh darah pasien. Kemudian ditunggu selama lima menit agar radioisotop mengalir sampai ke kedua ginjal. Digunakan radioisotop yang berumur pendek seperti Technisium (Tc-99m) dengan waktu paruh hanya enam jam. Bisa juga dengan Iodium (I-131 Hippuran) dengan waktu paruh delapan hari. Waktu paruh menunjukkan masa peluruhan zat radioaktif.
Dalam posisi duduk atau tiduran mula-mula detektor kanan diarahkan pada ginjal kanan dan detektor kiri diarahkan pada ginjal kiri pasien. Isotop yang masuk pada ginjal kanan dan ginjal kiri akan memancarkan radiasi gamma. Detektor yang menangkap radiasi mengeluarkan pulsa listrik. Jumlah pulsa per satuan waktu yang dikeluarkan detektor sebanding dengan intensitas radiasi gamma yang mengenai detektor. Pulsa yang keluar dari detektor akan diolah oleh bagian spektrometer baik kanan maupun kiri, sehingga dapat dicacah. Hasil pencacahan kemudian dikirim ke komputer melalui komunikasi USB, selanjutnya diproses oleh komputer dalam bentuk data grafik maupun data numerik, sehingga hasilnya dapat dianalisis oleh dokter. Data tersebut dapat disimpan dalam hard disk maupun floppy disk dan dapat dicetak oleh printer kapan saja dikehendaki.
Radioisotop di dalam tubuh akan meluruh lebih cepat karena terbuang melalui urine. Dalam dua hari zat radioaktif dari iodium itu sudah meluruh sehingga aman digunakan. Pasien tidak perlu berpuasa, hanya perlu mengosongkan kantung kemih dengan cara kencing saja.
Di masa mendatang, akan dikembangkan agar mudah dibawa kemana saja. Beberapa rumah sakit yang pernah menggunakan alat ini, diantaranya RS Bethesda Yogyakarta, RS Kartini Jepara, RS POLRI Kramatjati, RSPAD Gatot Subroto Jakarta, RSU Jepara, RS PKU Muhammadiyah, RS Ulin Banjarmasin, dan RS Khusus Bedah Annur Yogyakarta.
0 komentar:
Posting Komentar