Kerinci – Infonuklir (23/12/2013). Varietas padi Payo merupakan varietas yang beradaptasi dengan baik di dataran Kerinci dengan rasa nasi yang sangat enak sesuai dengan selera masyarakat Kerinci, tetapi mempunyai beberapa kelemahan. Disamping umur tanamnya terlalu lama sekitar 7-8 bulan, padi Payo juga mudah rebah karena batangnya terlalu tinggi hampir mencapai 1,5 m, sehingga mempengaruhi hasil baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya.
“Padi Payo hanya ada di Kabupaten Kerinci dan selama ini sudah langka, karena tidak begitu bersahabat dengan rakyat Kabupaten Kerinci mengenai umur dan jumlahnya,” kata Bupati Kerinci H. Murasman, saat melakukan peninjauan bersama Kepala BATAN Djarot Sulistio Wisnubroto ke lokasi penelitian padi Payo di Desa Lolo Gedang, Kecamatan Bukit Kerman, Kabupaten Kerinci, Minggu (22/12/2013).
Bupati sangat berharap dengan sentuhan teknologi nuklir, padi Payo dapat dikembangkan sehingga umur tanamnya bisa menjadi lebih pendek, batangnya juga bisa bertambah pendek dan hasilnya bisa menjadi lebih banyak, namun tidak merubah rasanya. Untuk itu, Bupati meminta agar terobosan ini bisa dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh petani dan dilakukan dengan serius. “Mudah-mudahan 1-2 tahun mendatang ini sudah menjadi kenyataan dan untuk seluruh Kabupaten Kerinci kita harapkan nantinya seluruhnya menanam padi Payo karena merupakan andalan Kabupaten Kerinci,” imbuh Bupati.
Kerjasama BATAN dengan Kabupaten Kerinci dalam rangka implementasi teknologi nuklir di bidang pertanian sudah dilakukan sejak akhir tahun 2011 dan diperkuat dengan penandatangan naskah kerjasama pada bulan Mei 2012. Salah satu kegiatan kerjasamanya adalah memperbaiki varietas lokal Kabupaten Kerinci yakni padi Payo. Melalui pemuliaan mutasi radiasi varietas padi Payo diperbaiki kelemahan, antara lain tujuannya untuk memendekkan umur dan memendekkan tanaman agar tidak mudah rebah.
Saat ini melalui teknik mutasi radiasi penanaman padi Payo sudah mencapai generasi M3 dan sudah telihat indikasi tanaman yang berumur genjah, tiga bulan lebih genjah, dan batang lebih rendah dibandingkan induknya. Menurut peneliti BATAN Sobrizal, selanjutnya dari hasil yang sudah diperoleh hanya tinggal melakukan pemurnian terhadap 1-2 generasi ke depan.
“Setelah murni, secara informal sudah dapat dimanfaatkan petani untuk bisa dilakukan penanaman secara luas,” kata Sobrizal. Tetapi untuk menjadi varietas, lanjutnya, perlu dilakukan berbagai pengujian. Mulai dari uji daya hasil, uji hama penyakit, uji kualitas, dan lain-lain yang merupakan persyaratan untuk pelepasan varietas. Pengujian-pengujian ini menurut Sobrizal memakan waktu hingga dua tahun ke depan, baru bisa diajukan ke Kementerian Pertanian untuk mendapatkan surat keputusan pelepasan varietas. “Perbaikan varietas padi Payo ini juga dilakukan dalam upaya mencegah punahnya padi Payo, karena sudah mulai ditinggalkan oleh petani Kabupaten Kerinci,” tambah Sobrizal. Hal ini diharapkan dapat menggaraihkan para petani untuk menanam kembali padi Payo yang pada gilirannya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat kerinci.
Sementara itu, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Jambi, Syaid Syeh sangat berharap dengan hasil penelitian ini dapat memperpendek usia tanaman padi Pato dan produktivitasnya tidak menurun. “Jadi kalau bisa produktivitasnya tidak menurun tetapi ditambah dan usianya bisa diperpendek,” kata Syaid Syeh. Dia sangat mendukung, nanti ke depan pengembangan varietas ini bisa dilakukan kususnya di seluruh Kabupaten Kerinci dan sebagian di Kabupaten Merangin. Karena menurutnya di Kabupaten Merangin beras Payo juga banyak, terutama di Kecamatan Jangkat.
“Kalau ini berhasil kami juga berharap bisa mengalihkan ini menjadi komuditi andalan di daerah kita,” tegas Syaid Syeh. Jadi kalau selama ini masyarakat sudah beralih dari padi Payo ke varietas padi unggul lain, maka dengan keberhasilan ini bisa mengembalikan lagi ke varietas padi Payo. Sehingga kontinuitas penelitian ini masih sangat diharapkan.
Sementara Kepala BATAN Djarot Sulistio Wisnubroto mengungkapkan, mungkin BATAN itu di beberapa daerah tidak banyak dikenal, tetapi menurutnya Pemerintah Kabupaten Kerinci sudah membuat suatu terobosan bahwa teknologi nuklir itu sesuatu yang ramah yang bisa dimanfaatkan seluruh masyarakat. “Selain di bidang pertanian, hasil teknologi nuklir di bidang kesehatan sudah banyak dimanfaatkan instansi maupun pemerintah daerah. Mudah-mudahan meskipun ini masih dalam bentuk awal, ada suatu hasil yang memberikan manfaat bagi kita,” ungkap Djarot.
Selain perbaikan varietas padi lokal, dalam kegiatan ini juga dilakukan aplikasi kitosan iradiasi (oligokitosan) pada tanaman cabe. Kabupaten Kerinci merupakan sentra produksi cabe untuk wilayah Sumatera Barat, Riau, dan Jambi. Namun beberapa tahun terakhir ini tanaman cabe tidak dapat berproduksi dengan baik dikarenakan serangan penyakit akibat virus, bakteri, dan jamur. Dengan teknologi nuklir BATAN telah menghasilkan oligokitosan yang dapat berfungsi hormon penumbuh tanaman, anti viru, anti bakteri, dan anti jamur. Dengan menggunakan produk ini terbukti dapat meningkatkan produksi tanaman cabe yang sangat signifikan.
Saat ini oligokitosan telah banyak digunakan oleh petani cabe di Kabupaten Kerinci dan terbukti dapat meningkatkan produksi secara nyata sehingga banyak permintaan terhadap oligokitosan. “Untuk memenuhi kebutuhan oligokitosan di Kabupaten Kerinci, kami sedang melakukan transfer teknologi prosesing larutan oligokitosan di Kabupaten Kerinci,” jelas Darmawan Darwis, Kepala Bidang Proses Radiasi, Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi. ( Sibuea Mark Quark Gluon Tao )
0 komentar:
Posting Komentar