I. Pendahuluan
Kegiatan jajak pendapat Iptek Nuklir tahun 2012 ini dilakukan untuk mengambarkan tingkat penerima masyarakat Indonesia terhadap pemanfaatan Iptek Nuklir, sebagaimana bagian dari Renstra Pusat Diseminasi Iptek Nuklir (PDIN) Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) tahun 2010-2014. Kegiatan ini telah dilakukan sebanyak tiga kali, terhitung sejak tahun 2010, dengan tingkat penerimaan masyarakat secara nasional pada tahun 2010 sebesar 59,7% responden menerima pemanfaatan Iptek Nuklir dalam di bidang energi dengan menyetujui pembangunan PLTN di Indonesia; 25,5 % menolak pembangunan PLTN dan 14,8% tidak tahu. Tahun 2011 hasil jajak pendapat memperlihatkan sebesar 49,5% responden menerima pembangunan PLTN di Indonesia; 35,5 % menolak pembangunan PLTN dan 15% tidak tahu. Jajak Pendapat tahun 2012 dilakukan oleh PT. Andira Karya Persada yang merupakan pemenang lelang kegiatan tersebut. Jajak pendapat dilakukan untuk mengetahui perkembangan tingkat penerimaan masyarakat terhadap pemanfaatan iptek nuklir.
II. Metodelogi
1. Populasi dan Representasi
Sampel dalam survei dirancang untuk merepresentasikan penduduk dewasa di seluruh Indonesia yakni minimal berusia 15 tahun atau pernah sekolah setingkat SLTA, agar dapat menggambarkan kondisi regional. Survei diselenggarakan di seluruh wilayah provinsi Indonesia berdasarkan proporsi jumlah penduduk di masing-masing provinsi dengan responden sebanyak 3.000. Ambang kesalahan (margin of error) survei diperkirakan +/- 1,8% pada tingkat kepercayaan 95%.
2. Teknik Penarikan Sampel
Teknik penarikan sampel adalah kombinasi penarikan acak bertingkat (multistage sampling) dan acak sederhana (simple random sampling). Teknik ini digunakan agar variabilitas dan probabilitas terwakili sama dalam penarikan sampel. Distribusi responden berdasarkan kategori lokasi, yaitu 3.000 responden untuk jajak pendapat nasional dengan margin of error (MoE) 1,8%, Nilai MoE dalam jajak pendapat ini ditentukan pada tingkat kepercayaan 95%.
Unit sampling terkecil adalah desa yang dibedakan berdasarkan kategori urban- rural, dengan frame sampling setiap wilayah mewakili 50 desa urban dan 50 desa rural. Jumlah sampel setiap desa sebesar 10 responden, sebagai nilai ekonomis terkecil dari sampel dan agar menjangkau keterwakilan kategori desa.
Gambar 1. Bagan Pemilihan Responden
Tabel 1. Metoda Penarikan Sampel dan Penjelasannya
Level Pemilihan
|
Metoda
|
Penjelasan
|
Propinsi
|
|
|
Desa Urban/rural
|
|
|
Rukun Tetangga (Level Pemerintahan Terendah)
|
|
|
Rumah Tangga
|
|
|
Responden
|
|
|
3. Pelaksanaan Jajak
Kepada responden terpilih, dilakukan wawancara secara face to face interview (wawancara tatap muka.) Dengan penentuan metoda semacam ini, maka setiap masyarakat pada wilayah-wilayah terpilih akan memiliki peluang yang sama untuk diwawancarai. Metoda semacam ini juga lebih menjamin tingkat representativeness. Dengan demikian, penggunaan metoda tersebut dapat memberikan kepastian bahwa hasil jajak akan menggambarkan kenyataan yang sesungguhnya.
4. Quality Control : Supervisi dan Spotcheck
Untuk menjamin kebenaran informasi (data), seluruh proses wawancara disupervisi oleh koordinator tingkat kabupaten/kota. Untuk memeriksa secara langsung kebenaran isi kuesioner koordinator kecamatan akan melakukan spotcheck. Spotcheck dilakukan dengan cara memilih secara acak 10% dari kuesioner yang telah diwawancarakan. Inti dari kegiatan spotcheck adalah untuk mengecek apakah wawancara benar-benar dilaksanakan atau tidak. Spotcheck dilakukan dalam dua tahap sesuai dengan periode pengumpulan data. Untuk menjaga obyektifitas, spotcheck dilakukan oleh koordinator yang tidak mengawasi anggota kelompoknya. Dengan kata lain, koordinator A melakukan spotchek hasil pekerjaan yang berada di bawah koordinator B, demikian seterusnya. Spotcheck berguna untuk mengetahui kelengkapan jawaban pada lembar kuesioner, misalnya wawancara dilakukan tanpa mencatat nama anggota keluarga rumah tangga. Kuesioner yang bermasalah dikembalikan kepada TPD untuk melakukan wawancara ulang.
5. Jadwal Jajak
Proses pengumpulan data dilakukan pada tanggal 7 Oktober 2012 sd. 24 Oktober 2012, dengan sampling 3.000 Responden Nasional yang dilakukan di 33 Propinsi.
III. Hasil Pelaksanaan Jajak
1. Profil Responden
Distribusi Responden berdasarkan umur dapat dilihat pada gambar 2
Gambar 2. Responden berdasarkan umur
Distribusi ini memperlihatkan bahwa mayoritas responden adalah pada fase dewasa secara psikologis, dan mempunyai kemampuan untuk menganalisa persoalan secara objektif.
Gambar 3. Distribusi Responden berdasarkan pendidikan
Untuk tingkat pendidikan (Gambar 3), ada empat kelompok utama Responden, yaitu sebanyak 50,37% berpendidikan SLTA sederajat, 16,03% SLTP, disusul berpendidikan SD sebanyak 12,7%, dan yang berpendidikan sarjana sebanyak 12,07%. Berdasarkan data ini bisa dilihat bahwa mayoritas Responden mempunyai tingkat pendidikan yang memadai, sehingga dari aspek kognitif mempunyai pengetahuan yang memadai untuk menilai suatu permasalahan, dalam hal ini PLTN.
2. Pengetahuan Manfaat Iptek Nuklir
Berdasarkan data yang diperoleh (Gambar 4), dapat diketahui bahwa pengetahuan Responden terhadap iptek nuklir relatif masih rendah, yaitu sekitar 31,77% mengetahui manfaat iptek nuklir. Pengetahuan manfaat iptek nuklir Responden diperoleh melalui 4 sarana utama, yaitu media televisi menjadi sumber informasi utama sebanyak 42,59%, media koran 22,13%, selanjutnya melalui lembaga pendidikan 10,56%, sedangkan media online sebanyak 9,97%.
Gambar 4. Pengetahuan manfaat iptek nuklir
Bagi Responden yang mengetahui manfaat iptek nuklir, ada dua bidang utama pemanfaatan iptek nuklir yang dipahami yaitu energi atau PLTN sebesar 40,91%, dan persenjataan atau militer sebesar 28,54%. Sisanya adalah kesehatan dan pertanian dengan jumlah masing-masing sebesar 16,99% dan 13,44%, sedangkan pemenfaatan iptek nuklir dalam bidang peternakan nampaknya belum banyak Responden yang belum mengetahui.
Hasil ini masih sejalan dengan pendapat masyarakat terhadap pertanyaan bila Indonesia akan membangun pembangkit listrik untuk mengatasi krisis energi, dapat diketahui bahwa PLTN menjadi pilihan yang kedua (18,64%) setelah pembangkit tenaga air (19,61%), kemudian tenaga matahari dan biomassa dengan masing-masing sebesar 16,64% dan 12,8%. Ini berarti bahwa masyarakat sudah memahami bahwa PLTN dapat dimanfaatkan untuk mengatasi masalah krisis energi bersanding dengan pembangkit listrik yang lain.
3. Penerimaan PLTN
Dari jajak pendapat tersebut juga terungkap bahwa tingkat penerimaan masyarakat terhadap pembangunan PLTN di Indonesia cukup besar yaitu 52,93% setuju, sementara yang tidak setuju sebesar 24,23% dan sisanya 22,83% menjawab tidak tahu. (Gambar 5)
Gambar 5. Tingkat Penerimaan Masyarakat terhadap Pembangunan PLTN
Tiga alasan utama masyarakat setuju terhadap pembangunan PLTN didasarkan pada upaya untuk menjamin pasokan listrik sebesar 28,54%, banyak manfaatnya 28,22%, masyarakat merasa yakin bahwa harga listrik menjadi murah 23,42%. Sementara alasan Responden tidak setuju dengan pembangunan PLTN disebabkan adanya bahaya yang ditimbulkan PLTN 81,13%, disusul dengan kenyakinan bahwa pembangkit lain masih mencukupi 12,17%, dan biaya pembuatan PLTN yang mahal 6,67%, serta SDM Indonesia belum siap 0,07%.
4. Informasi Iptek Nuklir
Dalam jajak tersebut diperoleh data 4 jenis informasi yang paling diharapkan masyarakat dalam kegiatan sosialisasi yaitu informasi tentang dampak lingkungan PLTN sebesar 21,51%, disusul keselamatan PLTN 17,97%, cara kerja PLTN sebesar 16,66%, dan informasi tentang keunggulan PLTN sebesar 14,93%. Selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Informasi yang diharapkan dalam sosialisasi Iptek Nuklir
Sedangkan narasumber informasi yang paling dipercaya untuk menjelaskan PLTN adalah Presiden 26,99%, disusul BATAN 17,62%, Prodesor atau ahli di bidang nuklir sebesar 12,92%, secara detail ditampilkan pada Gambar 7. Hasil ini menunjukkan bahwa untuk menjelaskan substansi terhadap permasalahan PLTN dibutuhkan institusi yang legitimasi yang bisa diterima oleh masyarakat, disisi lain juga mengerti dan paham terhadap PLTN secara detail. Bila ini tidak dipenuhi maka masyarakat akan khawatir terhadap kevalidan substansi PLTN, karena pemanfaatan PLTN menghasilkan energi yang besar dan berdampak besar bila tidak ditangani dengan tenaga ahli dan profesional.
Gambar 7. Sumber Informasi yang layak dipercaya
Hasil jajak pendapat tersebut juga memberikan pemahaman bahwa media informasi yang paling efektif untuk menyampaikan PLTN kepada masyarakat adalah berita televisi sebesar 28,71%, disusul iklan di televisi 16,19%, dan diurutan ketiga adalah berita pada media cetak/Koran sebesar 13,62%. Uraian detail terhadap media yang efektif ditunjukkan pada Gambar 8.
Gambar 8. Media Informasi yang efektif dalam mensosialisasikan iptek nuklir
IV. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
- Pengetahuan Responden terhadap iptek nuklir relatif masih rendah, yaitu sekitar 31,77%mengetahui manfaat iptek nuklir.
- Sebanyak 52,93 % masyarakat menerima pembangunan PLTN untuk menjamin pasokan listrik, sebanyak 24,23% tidak setuju dan 22,83% lainnya menjawab tidak tahu.
- Narasumber yang paling dipercaya oleh masyarakat untuk sosialisasi PLTN adalah Presiden (26,99%), BATAN (17,62%), sedangkan Profesor/ahli/ilmuwan di bidang nuklir diurutan ketiga yang dipercaya untuk memberikan sosialisasi (12,92%).
- Media sosialisasi yang dipercaya adalah berita di televisi (28,71%), disusul iklan di televisi 16,19%, dan diurutan ketiga adalah berita pada media cetak/Koran sebesar 13,62%.
2. Saran
Hasil analisis data menunjukkan bahwa masalah utama yang dihadapi adalah masih kurangnya sosialisasi terhadap pembangunan PLTN. Karena itu, saran dan rekomendasinya adalah agar BATAN selaku pemangku kepentingan utama iptek nuklir perlu meningkatkan sosialisasi dengan berbagai level stakeholder yang terkait.
V. Penutup
Penulis berterima kasih kepada PT. Andira Karya Persada yang telah melakukan jajak pendapat secara obyektif dan sesuai jadwal yang ditetapkan. Dengan hasil jajak pendapat tahun 2012 tersebut diharapkan dapat memberikan gambaran umum terhadap potret pengetahuan dan pemahaman masyarakat terhadap iptek nuklir, khususnya PLTN. Dengan demikian, hasil tersebut dapat digunakan sebagai acuan bagi stakeholder terkait iptek nuklir untuk memformulasikan sosialisasi Iptek Nuklir yang tepat kepada masyarakat sehingga berujung diperolehnya tingkat pemahaman masyarakat yang seutuhnya terhadap iptek nuklir.
0 komentar:
Posting Komentar